Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengatakan dirinya memiliki gaya kepemimpinan servant leadership yakni pemimpin yang melayani.
Jahja Setiaatmadja mengisahkan pengalaman dirinya yang memulai karier dari level staf. Kala itu ia terbiasa melayani orang lain sejak awal merintis karier.
“Saya kerja di kantor akuntan, bukan sebagai analis atau konsultan, tapi tukang fotokopi. Disuruh senior, saya kerjakan. Dari sana saya belajar melayani,” kata Jahja Setiaatmadja kepada Olenka.
Secara tidak sadar, Jahja Setiaatmadja sudah melakukan gaya kepemimpinan yang namanya servant leadership. Servant dan Leader memang terdengar bertolak belakang. Seorang pelayan melayani, seorang pemimpin memberi perintah. Namun, ketika dua kata ini digabung, lahirlah pendekatan kepemimpinan yang justru paling manusiawi dan paling efektif.
Baca Juga: Mentalitas Pantang Menyerah ala Presdir BCA Jahja Setiaatmadja
“Servant itu kan pelayan. Leader is boss, big boss. Nah, bagaimana meramu menggabung antara servant dan leadership. Artinya, sebagai leader, punya power, punya kekuatan untuk ngatur. Tetapi, you start with serve your subordinate. Serve your friend, serve your anak buah,” ujarnya.
Jahja Setiaatmadja juga menjelaskan, ketika seorang atasan merendahkan ego dan memberi empati, hasilnya bukan hanya hubungan kerja yang harmonis. Efeknya bisa seperti tsunami, kuat dan mendalam.
“Nah itu apa yang pengalaman saya dengan melakukan servant leadership begitu kita humble begitu kita berikan empati kepada staf kita, itu namanya kerja nggak usah dipelototin dari pagi sampai malam mereka kerja sendiri, mereka akan serve kita,” pungkasnya.