Dalamperjalanan hidup seorang visioner, tersembunyi kisah iman yang tak goyah, kerja keras tanpa pamrih, dan rasa syukur yang mengakar. Sosok itu adalah Ir. Ciputra, Founder Ciputra Group, tokoh properti legendaris yang telah menorehkan jejak mendalam dalam wajah kota-kota di Indonesia.

Namun, di balik pencapaian monumental itu, Ciputra justru mengajak kita untuk merenung lebih dalam bahwa mukjizat seringkali berawal dari keteguhan iman.

“Belakangan saya banyak membaca tentang kisah-kisah ajaib yang bermula dari keteguhan iman dan kepercayaan mutlak. Penyakit, kesulitan, persoalan, apa pun bisa dihampiri mukjizat ketika kita percaya. Tak ada yang mustahil bagi Tuhan,” tutur Ciputra, dalam buku biografinya Ciputra: The Entrepreneur, The Passion of My Life karya Alberthiene Endah, sebagaimana dikutip Olenka, Selasa (5/8/2025).

Itulah keyakinan yang menjadi pondasi hidup Ciputra. Ia pun memandang perjalanan hidupnya bukan sekadar rentetan peristiwa, tetapi potongan mozaik ilahi yang disusun dengan penuh kasih.

“Tiada satu pun episode yang sia-sia dalam hidup saya. Segala peristiwa besar dan kecil, pahit dan manis, semua memiliki pesan yang indah. Semuanya membentuk diri saya. Tuhan adalah perupa yang baik bagi ciptaan-Nya,” bebernya.

Tak heran jika Ciputra dikenal bukan hanya sebagai pengusaha besar, melainkan juga pribadi yang terus memburu makna di balik pencapaian. Ia bangga atas hasil kerja kerasnya, namun bukan untuk menepuk dada, melainkan sebagai bentuk rasa hormat kepada anugerah Tuhan.

“Saya bangga saya adalah pekerja keras yang selalu memburu kesempurnaan,” tegasnya.

“Saya bangga logo Jaya, Metropolitan, dan Ciputra ada di segenap wilayah di Indonesia. Saya bangga gedung-gedung kami menjadi landmark yang mewarnai kota-kota. Tapi kebanggaan saya lebih karena saya telah menghargai karunia Tuhan,” lanjut Ciputra.

Dikatakan Ciputra, setiap detik yang diberikan Tuhan kepada dirinya dimanfaatkan untuk berkarya, mencipta, dan memberi manfaat bagi banyak orang. Menurutnya juga, kompleks perumahan yang nyaman, gedung-gedung pencakar langit, serta kawasan terpadu yang ia bangun, bukan hanya simbol keberhasilan bisnis, tapi juga persembahan bagi tanah airnya.

Ciputra menegaskan, pencapaian duniawi bukanlah tujuan akhir dirinya. Ia terus menundukkan hati di hadapan Sang Pencipta, menyadari bahwa segala yang dimilikinya bukan karena kekuatan pribadi semata.

“Di atas segalanya, Tuhan-lah yang menentukan semua yang terjadi. Saya sangat mensyukuri karena Tuhan telah berkehendak seorang Ciputra menjadi seperti sekarang, dengan segala hal yang bisa diraih, dan juga ketidaksempurnaan yang saya miliki,” ungkapnya.

Di usia senja pun, Ciputra tidak berhenti berusaha menjadi lebih baik. Ia hidup dengan penuh kesadaran bahwa hidup adalah ujian yang terus berjalan. Dan iman, bagi Ciputra, bukan sekadar keyakinan abstrak, melainkan fondasi hidup yang nyata.

“Tiada kata lain, seiring berjalannya waktu, saya kian takut akan Tuhan. Segala yang terjadi dalam hidup saya telah menyatakan dengan jelas bahwa ada campur tangan Tuhan di dalam kehidupan manusia,” ujar Ciputra.

“Karunia itu bukan isapan jempol. Dan ujian juga bukan sesuatu yang kebetulan. Kita hidup di dunia ini benar-benar diuji di setiap detik yang berjalan. Jangan pernah main-main dengan kepercayaan yang diberikan-Nya. Ini keyakinan saya,” Samsung Ciputra.

Baca Juga: Kisah Perjalanan Jiwa Ciputra: Ditempa Derita, Disentuh Tangan Tuhan

Prinsip 5D ala Ciputra

Di balik karya-karyanya yang kerap menghiasi kota-kota Indonesia, Ciputra pun nyatanya menyimpan kisah perjuangan panjang melawan berbagai penyakit yang nyaris tak terbayangkan.

Namun, lebih dari sekadar catatan medis, pengalaman itu justru memperdalam keyakinannya akan kuasa Tuhan dan pentingnya iman dalam setiap langkah kehidupan.

“Orang-orang beriman tahu, sebagian besar penyakit itu muncul dari perbuatan setan. Anda boleh tertawa mendengar ini. Tapi, saya sangat percaya akan itu,” tegasnya.

Bagi Ciputra, sakit bukan sekadar cobaan fisik, melainkan juga ujian spiritual. Dalam pandangannya, iman bukan hanya penghiburan, tetapi bisa menjadi kekuatan yang memunculkan mukjizat. Ia percaya bahwa keteguhan hati dan kepercayaan penuh kepada Tuhan bisa menjadi titik balik kesembuhan.

“Keteguhan iman dan kepercayaan bahwa kita bisa terbebas dari penyakit bisa benar-benar terjadi bagai mukjizat,” terangnya.

Dikatakan Ciputra, dirinya bukan hanya bicara dari keyakinan kosong. Ia sendiri telah melewati rentetan operasi dan penyakit berat yang mungkin bisa membuat siapapun kehilangan harapan.

Amandel, empedu, usus buntu, prostat (hingga tiga kali), sakit punggung parah yang harus dioperasi di Amerika Serikat dengan pen ditanam di tulang belakang, bahkan kanker kandung kemih, semuanya pernah ia hadapi. Dan tak berhenti di situ, penyakit ginjal pun sempat menghampirinya di usia senja.

“Terakhir itu saya menderita penyakit ginjal. Setelah melewati pengobatan intensif, kondisi saya membaik. Namun, kini, sisa penyakit itu masih ada. Saya bersyukur tidak sampai harus cuci darah atau cangkok ginjal,” ujarnya.

Namun dalam semua itu, Ciputra tetap bersyukur. Ia mengaku tidak pernah menyerah, tidak pula larut dalam keluhan yang melemahkan semangat. Justru dari pengalaman-pengalaman berat itulah ia merumuskan sebuah prinsip hidup untuk menghadapi penyakit, yang ia sebut sebagai 5D.

“Menurut saya, untuk bisa terbebas dari penyakit, kita memerlukan 5D,” tukas Ciputra.

Terkait 5D yang ‘dianutnya’ itu, Ciputra mengatakan bahwa D atau langkah pertama dan paling utama adalah doa

“D yang pertama itu doa. Kita harus berserah diri dan percaya kepada Tuhan sesuai dengan iman masing-masing,” tutur Ciputra.

Namun, lanjut dia, iman saja tidak cukup. Ciputra pun menekankan perlunya D yang kedua, yaitu dokter yang tepat serta kualitas terpercaya. Selain itu, D yang ketiga adalah diet atau pola makan.

“Tak kalah penting, D yang keempat adalah disiplin dalam menjalani hidup yang seimbang, dengan istirahat yang cukup dan olahraga teratur untuk menjaga daya tahan tubuh,” terang Ciputra.

Kemudian, D yang terakhir adalah dana. Ciputra tak menampik bahwa menjaga kesehatan atau mengobati penyakit pada akhirnya membutuhkan biaya, dan karenanya, kesiapan finansial menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses pemulihan.

Bagi Ciputra, 5D atau kelima aspek itu harus berjalan beriringan sebagai sebuah panduan hidup sehat yang lahir dari pengalaman, keyakinan, dan kebijaksanaan. Ia pun menyadari bahwa hidup adalah ruang belajar yang tak pernah selesai, sampai waktunya manusia kembali pada Sang Pencipta.

“Hidup selalu menyodorkan persoalan. Semakin kita kuat, kadang ujiannya juga semakin berat. Kita semua akan terus belajar. Dan akan selalu dikondisikan untuk belajar, sampai tiba saatnya kita dipanggil Yang Maha Kuasa,” tandasnya.

Baca Juga: Kisah Keteguhan Ciputra dalam Menghadapi Pusaran Krisis