Akademisi dan praktisi bisnis, Rhenald Kasali, memberikan tanggapan terhadap uji coba sistem kerja empat hari seminggu yang mulai diberlakukan di beberapa perusahaan, termasuk di lingkungan Kementerian BUMN.
Menurutnya, kebijakan ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan, bahkan sudah menjadi kebutuhan di tengah perubahan perilaku kerja generasi baru dan tuntutan pasar tenaga kerja.
“Udah baca berita belum? Kementerian BUMN akan memberlakukan kerja empat hari seminggu? Empat hari seminggu, orang pada marah,” ujar Rhenald, dalam sebuah video sebagaimana dikutip Olenka, Kamis (19/6/2025).
Rhenald melanjutkan, generasi senior tidak bisa menerima sistem kerja empat hari seminggu. Ia meyakini, generasi senior merupakan generasi pekerja keras yang akan sulit menjalani kehidupan tanpa aktivitas produktif.
“Yang marah generasi kita. Enak aja kerja empat hari seminggu,” tukas Rhenald.
Rhenald menjelaskan bahwa praktik kerja fleksibel sudah lebih dulu diterapkan di sektor swasta dan bahkan lebih ekstrem.
“Padahal sekarang di perusahaan swasta udah tiga hari. Di Prudential itu kerjanya tiga hari. Ya, dua hari di rumah,” ungkapnya.
Baca Juga: Soroti Etos Kerja Anak Muda, Rhenald Kasali: Umur Baru 20 Sudah Kejar Work Life Balance
Fenomena ini menunjukkan bahwa tren kerja fleksibel, termasuk kerja jarak jauh, telah menjadi daya tarik utama bagi talenta muda saat ini.
Ia juga mengatakan, generasi yang lebih muda mendambakan keseimbangan dalam menjalankan kehidupan dan pekerjaan (work-life balance). Generasi muda, kata dia, meyakini implementasi work-life balance justru akan meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja.
Ia juga mencontohkan bagaimana tantangan merekrut sumber daya manusia berkualitas kini semakin kompleks.
“OJK buka pengumuman, cari orang IT. Akhirnya dapet top 100. Gaji bagus di OJK, kan? Karir bagus. Udah 100 orang, lebih dari 50 orang pasti tanya. Mereka yang nanya, bisa bekerja dari jauh nggak? Mereka mau nyari remote work,” jelas Rhenald.
Melalui pengamatannya, Rhenald menekankan bahwa fleksibilitas kerja bukan lagi sekadar preferensi, melainkan tuntutan. Menurutnya, adaptasi terhadap model kerja baru adalah keniscayaan bagi institusi yang ingin tetap relevan dan kompetitif dalam merekrut talenta terbaik.
“Jadi disiap-siap, one day, mau dapetin SDM yang bagus, ada jenis pekerjaan tertentu, kita nggak dapet orang kecuali kita bikin pekerjaan seperti itu,” pungkasnya.
Baca Juga: Rhenald Kasali Bicara Pentingnya Mendorong Kecerdasan Komunikasi dan Sosial