Dalam gelaran Inspiring Asia Micro Film Festival 2025 #InspiringIndonesia, kehadiran Sutradara, Penulis, sekaligus Oscar Voter, Kamila Andini sebagai dewan juri memberi warna tersendiri.

Kamila menekankan pentingnya film pendek sebagai medium bereksperimen sekaligus ruang ekspresi yang lebih bebas dibandingkan film panjang.

Menurut Kamila, film pendek menawarkan kesempatan yang unik bagi sineas untuk ‘bermain-main’ dan menemukan suara mereka sendiri.

“Kalau saya kan memang selalu melihat film pendek itu ruang buat filmmaker bisa punya ruang bermain dan eksplorasi sejauh-jauhnya. Karena kalau membuat film panjang, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan, mulai dari pendanaan hingga kolaborasi. Sedangkan film pendek jadi ruang menyenangkan untuk bertanya, mencari, bahkan menemukan diri kita sendiri,” jelas Kamila, saat ditemui usai penjurian Inspiring Asia Micro Film Festival 2025 #InspiringIndonesia, di Galeri Indonesia Kaya, Rabu (17/9/2025).

Lebih jauh, Kamila menilai, generasi baru memiliki peluang lebih luas karena dukungan infrastruktur yang semakin mudah diakses.

“Sekarang orang sudah sangat familiar dengan audio visual. Ruang putar film pendek juga semakin beragam. Dulu saya harus bawa DVD ke festival untuk ditonton programmer atau produser. Sekarang film bisa diakses lewat YouTube atau berbagai festival dengan format berbeda. Itu membuka kesempatan lebih besar bagi semua pembuat film,” ujarnya.

Perempuan yang akrab disapa Dini ini menambahkan bahwa generasi baru sineas Indonesia tampak lebih ekspresif, kritis, dan komunikatif dalam menyuarakan ide. Menurutnya, kondisi ini membuat potensi perfilman Indonesia sangat menjanjikan.

“Saya melihat potensi kreatif yang besar dan sangat optimis. Sekarang film Indonesia lagi di masa emasnya. Harapannya nanti bisa berlanjut, bukan hanya emas tapi masa berlian,” ungkap Kamila penuh semangat,” terangnya.

Sebagai juri Inspiring Asia Micro Film Festival 2025, Kamila pun mengapresiasi hadirnya ajang ini sebagai kesempatan baru bagi sineas muda untuk berkompetisi, sekaligus mengukur karya mereka di level regional.

“Ini kan tahun pertama Indonesia ikut Inspiring Asia. Bagi saya menarik sekali karena memberikan lebih banyak kesempatan buat filmmaker untuk mencoba membuat karya yang menyampaikan sesuatu, sekaligus nanti akan dikompetisikan di regional. Itu penting, karena sebagai filmmaker kita bisa melihat sudah sampai di mana posisi kita dibandingkan dengan negara lain,” katanya.

Baca Juga: Kamila Andini Wakili Sineas Indonesia Jadi Anggota Academy Awards

Menurut Kamila, proses penjurian juga memperlihatkan bagaimana keberagaman karya menjadi kekuatan tersendiri.

“Tidak terlalu ada perdebatan untuk menentukan juara. Tapi yang seru adalah membahas kekuatan masing-masing karya. Itu menunjukkan keberagaman potensi audio visual di Indonesia,” tambahnya.

Kamila juga menyoroti perbedaan mendasar antara dua kategori di festival ini, yakni Best Micro Film yang memberi penghargaan pada visi seorang filmmaker, dan Best Project yang mendukung program komunitas atau lembaga di baliknya.

“Untuk micro film, yang didukung adalah visi si filmmaker. Sedangkan Best Project, hadiahnya ditujukan bagi komunitas atau organisasi yang punya program menyeluruh. Dalam hal ini, Hello Sister terlihat sangat passionate dengan concern literasi seksual dan punya mimpi besar mengembangkan program melalui audio visual. Itu yang membuat kami yakin mendukung mereka,” terang Kamila.

Melihat perkembangan saat ini, Kamila menilai semakin banyak ruang kompetisi film pendek dengan fokus isu yang beragam.

Menurutnya, hal ini menjadi kesempatan emas bagi para sineas muda untuk menemukan gaya, suara, dan kekuatan mereka sendiri.

“Ruang-ruang seperti ini penting banget untuk filmmaker berlatih mencari dirinya. Apakah paling pas di dokumenter, fiksi, atau hybrid? Semua bisa ditemukan saat kita membangun karier. Itu yang dulu jarang ada, tapi sekarang makin terbuka luas,” tutup Kamila.

Baca Juga: Isu Kesehatan Mental Bawa 'Hello Sister' dan 'Lagi Liburan Films' Juara, Siap Tampil di Panggung Internasional