Blockchain dikenal sebagai sistem penyimpanan sekaligus penjamin keamanan transaksi digital aset kripto. Kehadiran blockchain bahkan disebut sebagai salah satu inovasi yang memperkaya industri keuangan, termasuk di Indonesia.

Co-Chief Executive Officer (CO-CEO) Reku, Jesse Choi, mengamini bahwa blockchain merupakan teknologi yang revolusioner. Pasalnya, teknologi blockchain memungkinkan informasi digital dapat dioperasikan dengan aman tanpa melibatkan perantara. Melalui teknologi ini, seseorang dapat melakukan transaksi digital secara lebih aman dan efisien tanpa batasan wilayah dan jam operasional.

"Keunikan ini yang juga memotivasi saya berkecimpung di industri kripto," ungkap Jesse dalam wawancara tertulis belum lama ini.

Lebih lanjut, Jesse menyebut bahwa bekerja di industri kripto yang sangat dinamis ini begitu menyenangkan. Terlebih lagi, kini ia telah bergabung bersama dengan Reku, platform jual-beli dan investasi kripto terdepan di Indonesia.

Jesse bercerita, ada beberapa pertimbangan yang membuat dirinya kemudian bergabung bersama Reku. Pertama, jelas Jesse, Reku telah membangun infrastruktur teknologi dari nol bersama Sumardi dan Robby sebagai Co-Founders. Kemudian dalam praktik bisnisnya, Reku memprioritaskan keamanan bagi pengguna dan kepatuhan terhadap regulasi yang ada.

Suami dari Maudy Ayunda yang juga merupakan brand ambassador dan angel investor Reku itu meyakini bahwa dengan integritas dan potensi bisnis di industri blockchain dan kripto di Indonesia, Reku dapat mempertahankan posisi sebagai platform exchange terdepan di Tanah Air.

"Inilah yang membuat saya memantapkan diri untuk mengembangkan Reku bersama para co-founder," lanjut 

Dinamika Industri Kripto Indonesia

Meski begitu, Jesse mengakui bahwa ada berbagai dinamika yang pada akhirnya menjadi tantangan ketika bergelut di industri ini. Tantangan utama pengembangan ekosistem kripto di Tanah Air ialah tingkat literasi masyarakat yang masih rendah.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, indeks literasi finansial masyarakat Indonesia tahun 2022 masih berada di level 49,68%. Padahal, literasi finansial dan investasi menjadi hal fundamental yang harus dimiliki sebelum masuk ke instrumen investasi mana pun, termasuk kripto.

"Di sinilah kami mendukung supaya masyarakat lebih sadar akan literasi melalui berbagai program edukasi," ungkap Jesse.

Dinamika selanjutnya berkaitan dengan kepekaan masyarakat terhadap aset kripto sebagai salah satu pilihan instrumen dan diversifikasi investasi. Menurut Jesse, literasi yang rendah dan ditambah dengan maraknya isu negatif turut memberikan sentimen negatif terhadap aset kripto.

Reku pun terus berupaya menjawab dinamika dan tantangan tersebut dengan cara mempertahankan kepercayaan masyarakat dan patuh terhadap regulasi. Reku juga senantiasa menjalankan operasional dan praktik bisnis secara sehat.

"Harapannya masyarakat bisa lebih terbuka akan potensi aset kripto dan menjadikannya bagian dari diversifikasi investasi," tegas Jesse.