Transformasi Lintasarta menjadi sebuah perusahaan AI factory harus melewati jalan panjang dan berliku. Ada banyak tantangan baik internal maupun eksternal.

Raut wajah mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, mendadak berubah serius. Beberapa kali ia mengernyitkan dahi sembari berpikir keras. Nada bicaranya tegas kala membahas soal transformasi yang dilakukan oleh PT Aplikanusa Lintasarta (Lintasarta) menjadi sebuah perusahaan AI factory.

Rudiantara berpendapat, Lintasarta harus melakukan kolaborasi dengan banyak pihak apabila ingin sukses dalam melakukan transformasi menjadi AI factory. Ia menegaskan, kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI) memiliki tiga pilar penting yakni data, algoritma, dan infrastruktur.

"Syarat AI itu ada tiga. Pertama harus ada data yang masif, besar, continuous, dan berkualitas. Kedua harus ada algoritma untuk mengolah data tersebut. Ketiga harus ada infrastruktur. Nah, kekuatan Lintasarta ada di infrastruktur. Mereka harus berkolaborasi untuk memperkuat pilar data dan algoritma," kata Rudiantara kepada Olenka di Jakarta, Jumat (13/6/2025).

Baca Juga: Mendambakan Solusi ICT yang Inovatif dan Berkelanjutan

Ia mengingatkan, Lintasarta berisiko mengalami kegagalan transformasi apabila tidak melakukan kolaborasi. Ia mencontohkan, apabila Lintasarta hanya berkolaborasi pada pilar pertama terkait data tanpa ada kerja sama terkait algoritma maka data tersebut tak akan bisa dioptimalkan dengan baik.

"Percuma kalau punya data, tetapi tidak ada algoritma. (Data) tidak bisa diapa-apakan," tegasnya.

Pria yang memulai karier di Indosat pada tahun 1996 ini mengakui, Lintasarta sudah memiliki pengalaman panjang dalam melakukan kolaborasi untuk menghadirkan solusi dan layanan inovatif. Misalnya, kolaborasi antara Lintasarta dengan NVIDIA untuk menghadirkan solusi dan layanan graphics processing units (GPU).

"Mereka memiliki rekam jejak baik dalam melakukan kerja sama dengan pihak lain," ujarnya.

Pada kesempatan terpisah Presiden Direktur dan CEO Lintasarta, Bayu Hanantasena, memastikan pihaknya akan mengedepankan pendekatan kolaborasi untuk mengakselerasi adopsi kecerdasan artifisial di Indonesia. 

"Kami berkomitmen untuk mendukung peningkatan penetrasi layanan digital berbasis AI melalui kolaborasi," kata Bayu.

Jalan Panjang

Lintasarta sudah melakukan perjalanan panjang buat mewujudkan visi menjadi perusahaan AI factory. Mereka menggandeng beberapa mitra untuk memudahkan jalan mencapai visi tersebut. Sejauh ini Lintasarta telah melakukan kolaborasi dengan beberapa pihak seperti NVIDIA dan 6Estates.

Pada tahun 2004 lalu Lintasarta menggandeng NVIDIA untuk meluncurkan produk GPU Merdeka. Adapun, GPU Merdeka sebagai GPU-as-a-Service (GPUaaS) untuk infrastruktur AI merupakan sovereign AI cloud yang dirancang sebagai supercomputing cloud dengan teknologi canggih dan terdepan.

Bayu Hanantasena menjelaskan produk GPU Merdeka merupakan wujud kolaborasi Lintasarta dengan NVIDIA. Ia berharap, GPU Merdeka mampu membantu pelanggan memanfaatkan kemampuan AI dan machine learning yang canggih. Ia juga berharap produk ini mampu mendukung transformasi digital pelaku industri nasional.

"Dengan kemampuan AI dalam infrastruktur cloud, Lintasarta akan mendorong kolaborasi dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi digital nasional," katanya.

Selain meluncurkan produk GPU Merdeka, Lintasarta juga menghadirkan program Semesta AI yang merupakan hasil kolaborasi strategis dengan NVIDIA. Program Semesta AI ini berupaya untuk memberdayakan startup dalam mempercepat inovasi berbasis AI yang berdampak luas bagi industri nasional.

Pada periode yang sama Lintasarta juga melakukan kolaborasi dengan 6Estates yang merupakan perusahaan penyedia layanan solusi AI asal Singapura. Perusahaan 6Estates mengkhususkan diri dalam learning language models (LLM) spesifik domain dan aplikasi AI perusahaan.

Bayu menegaskan, kemitraan dengan 6Estates merupakan langkah strategis bagi Lintasarta sebagai AI factory Indosat Group yang menggabungkan kekuatan infrastruktur GPU Merdeka milik Lintasarta dengan teknologi Gen AI berbasis LLM dari 6Estates.

Selain itu, Lintasarta mengambil bagian dalam menghadirkan Sahabat-AI yang merupakan LLM open-source Bahasa Indonesia hasil kolaborasi antara Indosat dan GoTo Group. Sahabat-AI didukung oleh GPU Merdeka milik Lintasarta serta teknologi terkini NVIDIA.

"Lintasarta akan terus memperluas kemitraan strategis dengan berbagai institusi dan pelaku industri untuk membangun ekosistem AI yang inklusif dan berdaya saing global," pungkas Bayu.