Pengusaha senior dan petinggi Orang Tua Group, Hamid Djojonegoro, memaparkan pandangannya yang tegas soal pola asuh anak di tengah keluarga yang telah mapan secara ekonomi.

Menurutnya, banyak orang tua di kota-kota besar, terutama Jakarta, terlalu cepat memberikan kenyamanan kepada anak-anak mereka setelah menempuh pendidikan tinggi, tanpa membekali mereka dengan pengalaman menghadapi kerasnya hidup.

Dalam sebuah kesempatan, Hamid mengkritik kebiasaan orang tua yang langsung melibatkan anak dalam bisnis keluarga setelah lulus kuliah, tanpa memberi mereka kesempatan untuk merasakan perjuangan dari bawah.

Ia pun menekankan pentingnya membangun anak agar bermental tangguh melalui pengalaman hidup susah.

Baca Juga: Hamid Djojonegoro: Jangan Ukur Kekayaan Orang dari Penampilan Fisik

"Orang tua biasanya kirim anaknya ke universitas, yang baik. Ya, yang baik. Karena Anda sudah tahu hidup susah. Tapi begitu anaknya lulus sekolah, Anda tidak membiarkan mereka hidup susah," ujar Hamid, dikutip Olenka, Kamis (8/5/2025).

Hamid lantas mencontohkan pengalamannya sendiri ketika anaknya lulus kuliah. Alih-alih langsung memberinya posisi nyaman, Hamid menyuruh anaknya bekerja sebagai salesman, sama seperti dirinya saat di usia muda.

Menurutnya, keputusannya ini sempat menimbulkan kekhawatiran dari sang istri. Namun, Hamid meyakini bahwa membiarkan anak menghadapi risiko dan tantangan adalah bagian dari pendidikan hidup yang sejati.

"Mamanya bisa nangis. Nangisnya karena apa? Bagaimana nanti kalau kecelakaan? Saya bilang ribuan salesman tidak ada yang celaka, masa anak saya mesti celaka? Celaka atau tidak itu kehendak Tuhan," bebernya.

Bagi Hamid, kesuksesan sejati tidak hanya dibentuk oleh pendidikan formal, tetapi juga oleh pengalaman lapangan dan kerja keras. Ia menyerukan kepada para orang tua mapan agar “tega” dalam mendidik anak.

“Bukan dengan menelantarkan, melainkan dengan memberi ruang bagi mereka untuk jatuh, bangkit. Agar anak tumbuh jadi sosok pribadi yang tangguh dan tahan banting,” tandas Hamid.

Baca Juga: Bukan Gelar Akademis, Hamid Djojonegoro Sebut Kesuksesan Berasal dari Kerja Keras