4. Jumlah surat diciutkan

Fakta lainnya sebagaimana dikutip dari laman Wikipedia, Armijn Pane juga menciutkan jumlah surat Kartini dalam buku yang diterbitkannya. Hanya terdapat 87 surat Kartini dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Alasannya, karena terdapat kemiripan pada beberapa surat dalam buku acuan Door Duisternis Tot Licht.

Alasan lainnya adalah untuk menjaga jalan cerita agar menjadi seperti roman. Menurut Armijn Pane, surat-surat Kartini dapat dibaca sebagai sebuah roman kehidupan perempuan. Ini pula yang menjadi salah satu penjelasan mengapa surat-surat tersebut ia bagi ke dalam lima bab pembahasan.

5. Kisah haru di balik buku Habis Gelap Terbitlah Terang

Buku Habis Gelap Terbitlah Terang pertama kali diterbitkan pada 1911, saat setelah Kartini sudah meninggal dunia. Pahlawan perempuan Indonesia ini menghembuskan nafas terakhir di usia yang begitu muda, yakni 25 tahun.

Mengutip dari laman itjen.kemdikbud.go.id, dalam surat yang ditulis Kartini, ia begitu mengekspresikan keinginan dan impiannya untuk menjadi wanita modern yang dapat belajar dan berkarya di luar rumah tanpa harus terikat oleh tradisi dan budaya yang membatasi.

Sebagaimana Growthmates tahu, Kartini lahir di masa perempuan Indonesia yang masih sangat terbelakang dan terkungkung dalam tradisi patriarki.

Salah satu tema yang ditulis dalam buku tersebut adalah pentingnya pendidikan bagi perempuan Indonesia. Kartini begitu menentang keberadaan Perempuan Jawa yang saat itu ditentang mengenyam pendidikan. Ia merasa, pendidikan menjadi salah satu kunci untuk membuka pintu kebebasan bagi perempuan Indonesia.

Selain itu, Kartini muda juga begitu menentang akan tradisi yang merugikan perempuan. Seperti adat poligami dan perjodohan yang kerap dilakukan tanpa mempertimbangkan keinginan perempuan yang bersangkutan.

Hal itu pun turut dirasakan Kartini, yang mana juga dijodohkan dengan pria yang tak dikenalnya, Saat itu, ia dituntut mengabdi sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga yang baik.

Sebab itu, Kartini bertekad kuat untuk mengubah keadaan perempuan dengan menuangkan keluh hatinya melalui sebuah surat. Dalam surat yang ditulisnya, Kartini menyematkan kata-kata dengan semangat nasionalisme untuk menularkan semangat mencintai bangsa dan negara.