Dua puluh satu (21) April menjadi salah satu hari paling bersejarah bagi masyarakat Tanah Air, khususnya para wanita. Sebab, hari ini diperingati Hari Kartini, untuk mengenang jasa sosok pahlawan nasional, Raden Ajeng Kartini yang telah memperjuangkan hak emansipasi perempuan di masa penjajahan.
Menjadi sosok pejuang yang tangguh, Kartini memiliki cita-cita mulia untuk mencerdaskan perempuan Indonesia. Sebab itu, dahulu ia berjuang betul untuk mendirikan sekolah-sekolah agar perempuan dapat mengenyam pendidikan. Kartini memulai sebuah sekolah kecil yang mengajari para perempuan untuk membaca, menulis, kerajinan tangan, hingga keterampilan memasak.
Perjuangannya dalam memperjuangkan emansipasi wanita, terutama dalam bidang pendidikan, tak sia-sia. Kartini berhasil mendirikan sekolah perempuan, organisasi perempuan, hingga memajukan pendidikan bagi perempuan Tanah Air.
Bila bicara tentang Kartini, begitu identik dengan salah satu karyanya yang cukup fenomenal yakni, Habis Gelap Terbitlah Terang. Buku fenomenal ini merupakan kumpulan surat-surat yang dikirimkan Kartini kepada teman-temannya di luar negeri.
Adapun isi surat yang ditulisnya adalah tentang cita-cita untuk memajukan kaum wanita, harapan, serta perjalanan hidupnya. Garis besarnya, buku ini menceritakan tentang perjuangan Kartini dalam menegakkan hak-hak wanita agar sederajat dengan pria.
Berikut ini Olenka sajikan deretan fakta tentang buku Habis Gelap Terbitlah Terang karya R.A. Kartini, seperti dikutip dari berbagai sumber, Minggu (21/4/2024).
1. Disusun oleh Sahabat Pena Kartini
Meski menjadi karya R.A. Kartini, buku Habis Gelap Terbitlah Terang disusun oleh sahabat pena Kartini, J.H. Abendanon. Abendanon pertama kali menerbitkan buku tersebut dengan judul Door Duisternis Tot Licht pada 1911.
Buku tersebut dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini. Sementara surat Kartini yang berbahasa Inggris, diterjemahkan oleh Agnes L Symmers.
2. Ada 106 kumpulan surat
Dalam karyanya, terdapat sekira 106 kumpulan surat yang ditulis oleh Kartini untuk para sahabatnya. Adapun surat-surat tersebut ditujukan untuk:
- Estelle H Zeehandelaar atau Stella (14 surat)
- Prof. dr. GK Anton di Jena dan istrinya (3 surat)
- Ny. Ovink-Soer (8 surat)
- Dr. N. Andriani (4 surat)
- Ir. HH van Kol (3 surat)
- Ny. HG de Booy-Boisevain (5 surat)
- Ny. N van Kol (3 surat)
- Mr. JH Abendanon (5 surat)
- Ny. RM. Abendanon-Mandiri (49 surat)
- EC Abendanon (6 surat)
Dalam berbagai sumber disebutkan, sepucuk surat tidak diketahui betul siapa yang menerima. Sementara sepucuk surat lainnya merupakan surat gabungan kepada suami istri Abendanon.
3. Diterbitkan dalam Bahasa Indonesia
Setelah disajikan dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang; Boeah Pikiran, pada 1922, karya Kartini ini kemudian diterbitkan dalam bahasa Indonesia pada 1938 dengan judul, Habis Gelap Terbitlah Terang.
Buku yang diterjemahkan oleh Armijn Pane tersebut menyajikan surat-surat Kartini dalam format dari buku-buku sebelumnya. Ia membagi kumpulan surat Kartini ke dalam lima pembahasan.
Baca Juga: Hidupkan Semangat Kartini, Orami Dukung Pemberdayaan Ibu di Era Modern
Baca Juga: Hari Perempuan Internasional 2024: Peran Penting Literasi Maksimalkan Potensi Perempuan
4. Jumlah surat diciutkan
Fakta lainnya sebagaimana dikutip dari laman Wikipedia, Armijn Pane juga menciutkan jumlah surat Kartini dalam buku yang diterbitkannya. Hanya terdapat 87 surat Kartini dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Alasannya, karena terdapat kemiripan pada beberapa surat dalam buku acuan Door Duisternis Tot Licht.
Alasan lainnya adalah untuk menjaga jalan cerita agar menjadi seperti roman. Menurut Armijn Pane, surat-surat Kartini dapat dibaca sebagai sebuah roman kehidupan perempuan. Ini pula yang menjadi salah satu penjelasan mengapa surat-surat tersebut ia bagi ke dalam lima bab pembahasan.
5. Kisah haru di balik buku Habis Gelap Terbitlah Terang
Buku Habis Gelap Terbitlah Terang pertama kali diterbitkan pada 1911, saat setelah Kartini sudah meninggal dunia. Pahlawan perempuan Indonesia ini menghembuskan nafas terakhir di usia yang begitu muda, yakni 25 tahun.
Mengutip dari laman itjen.kemdikbud.go.id, dalam surat yang ditulis Kartini, ia begitu mengekspresikan keinginan dan impiannya untuk menjadi wanita modern yang dapat belajar dan berkarya di luar rumah tanpa harus terikat oleh tradisi dan budaya yang membatasi.
Sebagaimana Growthmates tahu, Kartini lahir di masa perempuan Indonesia yang masih sangat terbelakang dan terkungkung dalam tradisi patriarki.
Salah satu tema yang ditulis dalam buku tersebut adalah pentingnya pendidikan bagi perempuan Indonesia. Kartini begitu menentang keberadaan Perempuan Jawa yang saat itu ditentang mengenyam pendidikan. Ia merasa, pendidikan menjadi salah satu kunci untuk membuka pintu kebebasan bagi perempuan Indonesia.
Selain itu, Kartini muda juga begitu menentang akan tradisi yang merugikan perempuan. Seperti adat poligami dan perjodohan yang kerap dilakukan tanpa mempertimbangkan keinginan perempuan yang bersangkutan.
Hal itu pun turut dirasakan Kartini, yang mana juga dijodohkan dengan pria yang tak dikenalnya, Saat itu, ia dituntut mengabdi sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga yang baik.
Sebab itu, Kartini bertekad kuat untuk mengubah keadaan perempuan dengan menuangkan keluh hatinya melalui sebuah surat. Dalam surat yang ditulisnya, Kartini menyematkan kata-kata dengan semangat nasionalisme untuk menularkan semangat mencintai bangsa dan negara.