Akan tetapi, anak-anak perusahaan Indika Energy lainnya seperti Tripatra dan Interport mencatat kenaikan Pendapatan. Pendapatan Tripatra meningkat 9,6% menjadi US$ 250,6 juta dari sebelumnya US$ 228,6 juta dengan tambahan Pendapatan dari proyek-proyek baru seperti Shell, Pupuk Kaltim, dan Posco. 

Pada tahun 2024, Laba Kotor Perseroan menurun 39,7% menjadi US$ 332,7 juta, dari sebelumnya US$ 552,0 juta di tahun 2023. Beban Penjualan, Umum dan Administrasi tercatat turun 27,2% menjadi US$ 174,6 juta di tahun 2024 dari sebelumnya US$ 239,8 juta di tahun 2023 – terutama dikarenakan penurunan beban Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terkait Kideco, penurunan biaya pemasaran sejalan dengan penurunan pendapatan Kideco, dan divestasi MUTU.

Sementara itu, Biaya Keuangan Perseroan meningkat 6,6% menjadi US$ 91,2 juta pada tahun 2024 yang sebagian besar disebabkan oleh premi dan percepatan amortisasi atas biaya penerbitan obligasi terkait dengan pelunasan penuh atas Obligasi 2024 dan penawaran tender atas Obligasi 2025, serta rugi kurs.

Sebagai hasilnya, Perseroan membukukan Laba yang Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk sebesar US$ 10,1 juta. Perseroan juga mencatat Laba Inti* sebesar US$ 20,3 juta pada tahun 2024.

“Indika Energy menjalankan strategi yang terukur untuk memastikan pertumbuhan berkelanjutan, termasuk menyesuaikan target kontribusi 50% pendapatan dari sektor non-batubara menjadi tahun 2028, menjaga stabilitas keuangan, serta mengembangkan kapasitas organisasi. Salah satu fokus utama investasi kami adalah Awak Mas, proyek tambang emas yang menjadi bagian penting dari ekspansi Indika Energy ke sektor mineral,” kata Arsjad.