Sandy Tisa, seniman abstrak asal Bandung, kembali menunjukkan eksplorasi artistiknya melalui pameran tunggal bertajuk "Souls of Protopia" di Kendys Gallery.
Kali ini, ia menghadirkan karya-karya yang mengedepankan intuisi dan proses kreatif yang unik, berbeda dari pendekatan konvensional.
"Saya tidak mengikuti pakem tertentu dalam melukis. Biarkan lapisan demi lapisan terbentuk, tanpa ada konsep yang terlalu mengikat," ujar Sandy saat ditemui di sela-sela pembukaan pameran, Sabtu (25/1/2025).
Berbeda dengan banyak seniman lain yang memulai dengan konsep matang, Sandy lebih memilih membangun karyanya secara spontan. Baginya, setiap sapuan kuas adalah respons terhadap pengalaman batin yang terus berkembang.
"Saya lebih memilih mengikuti intuisi daripada aturan. Tidak ada batasan yang mengikat, hanya percakapan antara saya dan kanvas," tambahnya.
Dukungan dari Kendys Gallery
Pemilik Kendys Gallery, Denny, menyambut baik kehadiran pameran Souls of Protopia dan menyebut karya-karya Sandy sebagai refleksi yang kuat dari dinamika emosi dan pemikiran.
Baca Juga: Jokowi Baru Dengar Pembredelan Pameran Lukisan Yos Suprapto
"Sandy memiliki gaya yang khas dalam mengekspresikan perasaannya ke dalam kanvas. Karyanya tidak hanya berbicara tentang bentuk, tetapi juga membawa penikmat seni ke dalam perenungan yang lebih dalam," ujar Denny.
Menurutnya, Souls of Protopia sejalan dengan visi Kendys Gallery dalam menghadirkan pameran seni yang mampu menggugah perspektif dan emosi pengunjung.
Baca Juga: Mengenal Sosok Bustanul Arifin, Ekonom Senior INDEF
"Kami selalu mendukung seniman-seniman yang berani bereksperimen dan menghadirkan sesuatu yang baru. Pameran ini adalah contoh bagaimana seni bisa menjadi sarana eksplorasi tanpa batas," tambahnya.
Perjalanan Batin dalam Warna dan Tekstur
Pameran ini menampilkan serangkaian lukisan abstrak yang menggambarkan topografi pikiran, seakan menjadi peta perjalanan batin yang terus berubah. Dengan warna-warna berlapis dan tekstur yang dinamis, Sandy ingin mengajak penikmat seni untuk menafsirkan sendiri makna di balik setiap karyanya.
"Yang menarik bagi saya bukan hanya hasil akhirnya, tetapi bagaimana setiap lapisan warna dan tekstur saling bertemu, berbenturan, lalu membentuk harmoni baru," jelas Sandy.
Baca Juga: Seniman Lansia Berpulang Saat Kampanye Ganjar-Mahfud di Solo
Proses kreatifnya dimulai dengan menempatkan banyak lapisan di permukaan kanvas, kemudian melepaskan konsep atau makna tertentu dan berfokus pada intuisi. Baginya, momen paling menarik dalam berkarya adalah ketika kejutan-kejutan artistik yang tidak terduga muncul.
Pameran Berlangsung hingga 16 Februari 2025
Melalui Souls of Protopia, Sandy Tisa menegaskan bahwa seni tidak selalu tentang bentuk yang jelas, tetapi bagaimana sebuah karya mampu berkomunikasi secara emosional dengan siapa saja yang melihatnya.
Pameran ini akan berlangsung di Kendys Gallery hingga 16 Februari 2025, memberikan kesempatan bagi para pecinta seni untuk menyelami lebih dalam dunia abstrak yang ditawarkan Sandy.
Selain sebagai eksplorasi visual, Souls of Protopia juga menjadi refleksi atas perjalanan hidup dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Lewat karyanya, Sandy mengajak penikmat seni untuk merenungkan perjalanan batin mereka sendiri, mencari harmoni dalam kompleksitas kehidupan.