Stigma negatif tentang kelapa sawit masih banyak ditemui, khususnya di Eropa yang kerap menyuarakan kampanye hitam mengenai sawit. Padahal, kelapa sawit memiliki manfaat dan kontribusi besar tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga dunia. Bahkan, tak berlebihan jika dikatakan bahwa dunia membutuhkan kelapa sawit Indonesia.
Sawit menjadi komoditas yang penting bagi Indonesia. Pasalnya, minyak sawit merupakan kontributor utama ekspor nasional. Merujuk laporan statistik Indonesia, volume ekspor minyak sawit Indonesia tumbuh 4,84% yoy menjadi 27,5 juta ton sepanjang tahun 2023. Angka tersebut menjadi yang tertinggi sejak pandemi tahun 2020 lalu.
Baca Juga: Belum Tergantikan, Industri Sawit Sokong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Data tersebut menjadi sinyal betapa sawit memiliki potensi besar bagi Indonesia. Tak hanya itu, kontribusi sawit Indonesia terhadap dunia juga tak bisa dipandang sebelah mata. Beberapa waktu lalu, Analis Kebijakan Ahli Madya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko), Khadikin, menyebut bahwa produksi crude palm oil (CPO) Indonesia berkontribusi hingga 51% terhadap pasokan minyak sawit yang dikonsumsi masyarakat dunia.
Untuk diketahui, saat ini Indonesia memiliki 2.511 perusahaan perkebunan kelapa sawit yang tersebar di 26 provinsi. Kapasitas produksi secara akumulasi mencapai 84,8 juta ton dengan utilisasi sekitar 55% menghasilkan 47 juta ton CPO.
"Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit nomor pertama di dunia," tegas Khadikin dilansir pada Selasa, 26 Maret 2024.
Kepala Divisi Perusahaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Achmad Maulizal Sutawijaya, menyebut bahwa sekitar 60% produk minyak sawit Indonesia ditujukan untuk pasar ekspor. Itu artinya, melalui sawit, Indonesia berkontribusi besar terhadap ketersediaan barang konsumsi, pangan, dan energi untuk masyarakat dunia.
Bahkan, sawit Indonesia dinilai akan makin dibutuhkan dunia pada tahun 2050 mendatang. Sebagaimana disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, jumlah penduduk dunia akan terus bertambah dan diprediksi mencapai 9,8 miliar jiwa pada tahun 2050. Ia memperkirakan, pada tahun 2050 kebutuhan terhadap minyak nabati akan bertambah sebanyak 200 juta ton.
"Minyak kelapa sawit bisa memenuhi kebutuhan ini," tegas Airlangga dalam kegiatan 19th IPOC, di Nusa Dua, Bali, November 2023 lalu.