Bundaran Hotel Indonesia (HI) merupakan salah satu landmark paling populer di Jakarta. Kawasan ini menonjolkan sisi premium sebuah kota besar yang menawarkan kemewahan dan keindahan. Tidak hanya itu, Monumen Selamat Datang yang berada di tengah Bundaran HI merepresentasikan keterbukaan Jakarta pada warga dunia yang berkunjung ke Indonesia.
Mengutip sejumlah sumber, Monumen Selamat Datang dibangun untuk menyambut para atlet dan tamu yang datang ke Jakarta dalam rangka Asian Games IV tahun 1962. Sementara itu, nama Bundaran HI diambil karena lokasinya yang berada di sekitar Hotel Indonesia. Saat itu, Hotel Indonesia menjadi pusat penginapan bagi para tamu asing sehingga kolaborasi ikonik dua bangunan itu menjadi simbol modernisasi dan keterbukaan Indonesia.
Baca Juga: Berpartisipasi dalam Earth Hour 2025, Hotel Borobudur Jakarta Padamkan Listrik Selama 90 Menit
Puluhan tahun berlalu, kawasan yang berada di jantung Jakarta ini masih menjadi simbol kemewahan Jakarta. Saat ini, berdiri hotel-hotel premium bintang 5 yang berada di kawasan Bundaran HI. Pengelola hotel-hotel tersebut diketahui merupakan konglomerasi besar di Indonesia bahkan dunia.
Berikut daftar konglomerasi di balik hotel premium kawasan Bundaran HI yang Olenka rangkumkan dari berbagai sumber:
1. Hotel Mandarin Oriental Jakarta (Astra Group)
Hotel bintang 5 ini merupakan bagian dari konglomerasi PT Astra International Tbk (ASII) lewat anak usahanya PT Astra Land Indonesia (ALI). Sementara itu, ASII atau Astra Group yang berdiri sejak tahun 1957 ini telah memiliki 291 anak perusahaan, ventura bersama, dan entitas asosiasi serta lebih dari 200.000 karyawan, berdasarkan data Juli 2024.
Perusahaan ini awalnya bernama Astra International Inc. dan memulai perjalanan bisnisnya sebagai perusahaan perdagangan umum. Perusahaan berganti nama menjadi PT Astra International Tbk setelah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 4 April 1990. Sejak tahun 2018, pemegang saham mayoritas ASII adalah Jardine Cycle & Carriage Limited, yakni konglomerasi milik keluarga Keswick dari Skotlandia yang terdaftar di Singapura.
Untuk kepemilikan Hotel Mandarin Oriental Jakarta, berdasarkan keterbukaan informasi di tahun 2023, PT Astra Land Indonesia (ALI) resmi mengakuisisi Jaya Mandarin Agung (JMA) selaku pengelola Mandarin Oriental Jakarta. ALI mengakuisisi 96,923 persen saham dari seluruh modal yang disetor di JMA senilai US$85 juta atau setara dengan Rp1,27 triliun (kurs RP15.018 per dolar AS).
2. Hotel Indonesia Kempinski (Djarum Group)
Hotel bintang 5 pertama di Indonesia ini awalnya bernama Hotel Indonesia. Pembuatannya digagas oleh Presiden Sukarno dan dirancang oleh arsitek asal Amerika Serikat, Abel dan Wendy Sorensen. Dengan begitu, hotel ini awalnya dipegang oleh Pemerintah Indonesia melalui perusahaan pelat merah PT Hotel Indonesia Natour (HIN).
Saat PT HIN membuka tender pengelolaan bekas lahan Hotel Indonesia, Djarum Group masuk menjadi pengelola Hotel Indonesia melalui anak usahanya, yakni PT Cipta Karya Bumi Indah. Setelah itu, pada tahun 2009, Hotel Indonesia resmi menjadi Hotel Indonesia Kempinski Jakarta setelah dilakukan revitalisasi dan pengelolaan oleh jaringan hotel mewah asal Eropa, Kempinski Hotel S.A.
Sementara itu, Djarum Group merupakan konglomerasi bisnis milik Hartono bersaudara, yakni kakak-beradik Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono. Mereka merupakan generasi kedua Djarum Group yang awalnya didirikan oleh sang ayah, Oei Wie Gwan, setelah sang ayah membeli perusahaan kecil Djarum Gramophon dan mengganti namanya menjadi Pabrik Rokok Djarum pada 21 April 1951. Hartono bersaudara mengambil alih perusahaan yang hampir musnah karena kebakaran tersebut pada tahun 1963 dan mampu membesarkan Djarum Group hingga seperti saat ini.
3. Grand Hyatt Jakarta (Sinar Mas Group)
Grand Hyatt Jakarta juga masuk sebagai salah satu hotel bintang 5 di kawasan Bundaran HI. Hotel ini dikelola oleh Sinar Mas Group lewat PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN). Sementara itu, pemegang saham mayoritas PLIN sebesar 96,61% saham adalah PT Plaza Indonesia Investama (PII).
Mengutip laporan tahulan PLIN, PII dimiliki 100% oleh perusahaan penghimpun modal atau Dana Investasi Real Estate (DIRE) Simas Plaza Indonesia yang di dalamnya ada PT Bumi Serpong Damai Tbk dengan kepemilikan 38,83%, PT Indonesia Paradise Property Tbk (35,31%), Rosano Barack (5,95%), Hankyu Hanshin properties Join LLC (19,9%), dan publik (0,01%). Sebagaimana diektahui, Bumi Serpong Damai merupakan perusahaan yang tergabung dalam konglomerasi Sinar Mas Group yang bergerak di bidang properti.
Baca Juga: Armand Hartono: Hakikat Bisnis Itu Membantu Kesulitan Orang Lain
Sinar Mas Group merupakan konglomerasi bisnis asal Indonesia yang didirikan oleh Eka Tjipta Widjaja. Eka telah meninggal dunia pada 26 Januari 2019 lalu. Sementara itu, kepemimpinan Sinar Mas Group saat ini dikendalikan oleh anaknya yang bernama Franky Oesman Widjaja atau Franky Widjaja alias Oei Jong Nian.
Bergerak melalui tujuh pilar bisnis: pulp dan kertas, agribisnis dan pangan, layanan keuangan, pengembang dan realestate, telekomunikasi, energi dan infrastruktur, serta layanan kesehatan, Sinar Mas Group diketahui menjadi salah satu investor pembangunan IKN.
4. Pullman Jakarta Thamrin (Accor Group)
Satu lagi hotel bintang 5 dengan pemandangan Bundaran HI yang ada di Jakarta, yakni Pullman Jakarta Thamrin. Hotel ini awalnya dibuka dengan nama President Hotel pada tahun 1972 sebagai bagian dari kompleks Wisma Nusantara, gedung pencakar langit yang pernah memegang rekor sebagai gedung tertinggi di Indonesia hingga tahun 1983. Saat itu, President Hotel dikelola oleh Nikko Hotels.
Namun, sejak tahun 2012, pengelola hotel tersebut berpindah kepada Accor Group dengan merek Pullman. Accor Group merupakan konglomerasi bisnis asal Perancis yang memiliki, mengoperasikan, dan mewaralabakan lebih dari 5.500 hotel di seluruh dunia dengan berbagai merek dagang. Pullman merupakan merek internasional kelas atas dari Accor Group.
Sementara itu, kepemilikan hotel Pullman Jakarta berada di tangan PT Wisma Nusantara International yang mayoritas sahamnya dipegang oleh Guthrie GTS, perusahaan properti asal Singapura. Selain Guthrie GTS, Mitsui & Co. Ltd asal Jepang juga merupakan pemegang saham di PT Wisma Nusantara International.