Forbes melalui The Real Time Billionaires List kembali merilis daftar orang terkaya di dunia berdasarkan perubahan nilai pasar terkini. Per Juli 2025, daftar miliarder Indonesia juga ikut diperbarui. 

Menariknya, meskipun ada pembaruan, nama-nama lama masih mendominasi posisi teratas. Hal ini menandakan konsistensi bisnis serta kekuatan sektor yang mereka geluti hingga menyandang status sebagai orang terkaya di Tanah Air.

Siapa saja para pengusaha hebat yang kembali masuk dalam daftar orang terkaya? Siapa yang berhasil menduduki peringkat pertama? Berikut ini Olenka sajikan lima daftar orang terkaya di Indonesia per Sabtu, 26 Juli 2025, seperti dikutip dari laman Forbes.

Baca Juga: 10 Konglomerat Terkaya di Indonesia per Juni 2025 Versi Forbes, Siapa Puncaki Posisi Teratas?

1. Low Tuck Kwong (US$27,3 miliar)

Low Tuck Kwong kembali menempati posisi puncak dalam daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes per Juli 2025. Dikenal sebagai Raja Batu Bara Tanah Air, pemilik PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) ini memiliki kekayaan bersih sebesar US$27,3 miliar atau sekitar Rp446,62 triliun (dengan kurs Rp16.359,89 per 1 USD). Angka tersebut juga mengantarkannya ke peringkat ke-72 dalam jajaran miliarder dunia.

Tak hanya sukses di sektor batu bara, pria berusia 76 tahun ini juga melebarkan sayap ke bidang energi terbarukan melalui Metis Energy (sebelumnya Manhattan Resources) di Singapura. Ia juga tercatat memiliki saham di The Farrer Park Company dan Samindo Resources, serta mendukung pengembangan konektivitas internet regional lewat SEAX Global, proyek kabel laut yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia.

2. Robert Budi Hartono (US$22,4 miliar)

Kemudian, ada Robert Budi Hartono yang menempati posisi kedua sebagai orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan US$22,4 miliar atau setara dengan Rp366,46 triliun. Di tingkat global, kekayaan ini menempatkannya di peringkat ke-90 dalam daftar miliarder dunia versi Forbes.

Pria bernama asli Oei Hwie Tjhong ini dikenal sebagai sosok di balik kejayaan Djarum, perusahaan rokok terbesar di Indonesia, yang sebelumnya dijalankan oleh sang ayah, mendiang Oei Wie Gwan. 

Bersama sang kakak, Michael Bambang Hartono, Budi sukses mengembangkan Djarum dengan menghadirkan produk legendaris seperti Djarum Super dan mengekspornya ke berbagai negara.

Tak hanya fokus pada industri tembakau, duo kakak beradik ini juga melebarkan bisnis ke sektor perbankan. Mereka menguasai lebih dari 54% saham PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Pada 2007, Djarum resmi menguasai BCA sepenuhnya setelah membeli 92,18% saham Farallon di Farindo Investment.

BCA sempat mengalami masa sulit saat krisis, namun kini kembali berjaya sebagai bank swasta terbesar di Indonesia, dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp1.067 triliun per Februari 2023.

3. Michael Bambang Hartono (US$21,5 miliar)

Mengikuti jejak Budi, Bambang Hartono juga berhasil masuk dalam daftar lima teratas orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Bos Djarum dan pemilik saham terbesar BCA ini tercatat memiliki kekayaan US$21,5 miliar atau setara dengan Rp351,74 triliun yang membuatnya berada di posisi ketiga, dan peringkat ke-94 untuk miliarder dunia.

Baca Juga: Armand Hartono Ungkap Kunci Sukses Seorang Leader: Jangan Sok Tahu, Be Humble!

Selain sukses membesarkan PT Djarum dan BCA, Bambang Hartono bersama sang adik juga merintis bisnis elektronik. Pada 1975, mereka mendirikan PT Indonesia Electronic & Engineering yang kemudian berganti nama menjadi PT Hartono Istana Electronic di tahun 1976, perusahaan yang memproduksi berbagai peralatan elektronik dengan merek dagang Polytron.

Tak berhenti di sana, Bambang juga terjun ke dunia e-commerce dan properti. Melalui PT Global Digital Prima (GDP) Venture, grup Djarum menyuntikkan dana ke berbagai startup dan platform digital seperti Blibli, Kaskus, MindTalk, LintasME, DailySocial, hingga Crazymarket.

Di sektor properti, portofolio Bambang Hartono mencakup sejumlah properti prestisius, seperti Grand Indonesia, Hotel Kempinski, Menara BCA, dan berbagai gedung perkantoran lainnya di Indonesia.

4. Prajogo Pangestu (US$20 miliar)

Di posisi keempat ada Prajogo Pangestu dengan harta kekayaan tercatat menyentuh US$20 miliar atau sekitar Rp327,2 triliun. Untuk tingkat dunia, pendiri PT Barito Pacific ini berhasil menduduki peringkat ke-99.

Konglomerat keturunan Tiongkok ini adalah salah satu pegusaha TanHA Air yang berasa dari keluarga sederhana. berasal dari keluarga sederhana. Bahkan karena keterbatasan ekonomi, pria kelahiran Mei 1944 itu hanya menempuh pendidikan sampai tingkat SMP. 

Semasa muda, ia pernah menjadi sopir angkutan umum rute Singkawang–Pontianak, sekaligus menjual bumbu dapur dan ikan asin untuk mencukupi kebutuhan hidup. Titik baliknya terjadi saat ia bertemu dengan pengusaha kayu asal Malaysia, Burhan Uray. 

Pada 1969, Prajogo berkesempatan untuk bergabung dengan PT Djajanti Group milik Burhan dan bekerja dengan penuh dedikasi. Tujuh tahun kemudian, ia dipercaya menjadi General Manager Pabrik Plywood Nusantara.

Setahun menjabat, ia memutuskan keluar dan membeli sebuah perusahaan kayu yang tengah krisis bernama CV Pacific Lumber Coy. Lewat pinjaman bank, ia mengakuisisi perusahaan tersebut dan mengubah namanya menjadi PT Barito Pacific, yang kemudian resmi melantai di bursa pada 1993.

Kesuksesan Barito Pacific membawanya merambah ke berbagai sektor, di antaranya adalah Chandra Asri (petrokimia), di mana Prajogo mengakuisisi 70% saham pada 2007; Petrindo Jaya Kreasi, perusahaan energi yang mengelola tambang batubara di Kalimantan dan emas di NTB; hingga Star Energy Geothermal, yang mengoperasikan pembangkit listrik tenaga panas bumi, dengan saham sebesar 33,33% yang dipegang melalui Green Eta Pte Ltd sejak 2022.

Baca Juga: Pohon Keluarga Pangestu di Bisnis Barito Group

5. Sri Prakash Lohia (USD 8 miliar)

Kemudian, ada Sri Prakash Lohia, Bos Indorama asal India yang berhasil menjadi orang terkaya kelima di Indonesia versi Forbes per Juli 2025. Nilai kekayaan Lohia  tercatat menyentuh angka US$8 miliar atau sekitar Rp130, 9 triliun, dan membuatnya berhasil menempati peringkat ke-353 dalam daftar miliarder dunia.

Kekayaan yang dimiliki Lohia sebagian besar berasal dari bisnis pupuk dan polimer yang ia bangun bersama ayahnya setelah pindah ke Indonesia pada 1970-an, melalui perusahaan tekstil Indorama Synthetics yang kini berkembang menjadi raksasa industri petrokimia.

Indorama sendiri awalnya didirikan pada 1976 sebagai produsen benang pintal. Nama "Indorama" merupakan akulturasi kata "Indo" (Indonesia) dan "Rama" (Dewa dalam Hindu). 

Meski mengalami masa sulit selama tahun pertama, bisnis tersebut terus berkembang menjadi produsen benang terbesar di Indonesia, bahkan meluas ke Uzbekistan dan Thailand. Pada akhir 1980-an, kerajaan bisnis ini dibagi kepada tiga anak Mohan Lal Lohia untuk menghindari konflik keluarga.

Memasuki pertengahan 1990-an, Lohia mulai mendiversifikasi bisnisnya ke produksi polyethylene terephthalate (PET), bahan baku botol plastik, bersamaan dengan adiknya, Aloke, yang membangun Indorama Ventures di Thailand. 

Pada 2008, mereka menggabungkan bisnis PET tersebut, dengan Lohia menukar saham perusahaannya dengan saham di Indorama Ventures, menjadikannya pemilik 34% saham di perusahaan PET terbesar kedua di dunia, dengan pendapatan tahunan mencapai US$8 miliar.