Maestro Properti Tanah Air, Ciputra sudah memasuki usia senja, namun laki-laki kelahiran 24 Agustus 1931 itu tak seperti lansia kebanyakan. Memasuki usia senja, Ciputra memilih tetap aktif kendati tak seproduktif dulu.
Daya ingatnya memang tidak setajam dulu, namun ia tak mau tenggelam dilibas usia yang semakin menua, Ciputra memilih tetap aktif walau hanya melakukan aktivitas kecil di sekitar pekarangan rumah. Ciputra memilih cara-cara itu demi mempertahankan kebugaran di masa senjanya.
Baca Juga: Kisah Persahabatan Ciputra dan Hendra Gunawan: Janji, Seni, dan Pengabdian
“Seperti apa kehidupan Ciputra saat ini? Orang banyak bertanya. Kemudian muncul dugaan macam-macam. Kebanyakan berpikir, Ciputra kini telah renta dengan kehidupan yang jauh dari dinamika. Menghabiskan waktunya di tempat tidur, menatap langit-langit, dan mendaraskan doa,” kata Ciputra dilansir Olenka.id Jumat (15/8/2025).
“Mungkin daya ingatnya sudah menurun, sehingga ia bahkan tak tahu siapa saja yang menemuinya hari itu. Begitu pikiran sejumlah orang tentang saya. Datang dan lihatlah saya di rumah. Anda akan menemukan aura rumah yang masih saja sama seperti jika Anda datang puluhan tahun sebelum ini,” tambahnya.
Terapkan Pola Hidup 5D
Diusianya semakin renta, Ciputra mulai menerapkan gaya hidup yang lebih disiplin, ia punya pola hidup yang dirancang sendiri yakni 5D. yaitu Doa, Dokter yang ahli, Diet yang ketat, Disiplin hidup, dan Dana yang cukup.
Soal makanan, Ciputra memilih makanan yang sehat yang mayoritasnya adalah buah-buahan, sesekali ia menyantap roti atau bubur. Dengan pola makan yang seperti ini, kebugarannya menjadi lebih awet. Semua yang masuk ke dalam tubuhnya tak lebih untuk menjaga agar ia tetap segar dan berenergi
“Pagi hari ketika orang-orang Jakarta tengah berjuang melawan macet, saya sudah menikmati sarapan, yang kebanyakan buah-buahan. Saya tidak banyak makan. Makanan bagi orang seusia saya bukan lagi sebuah kesenangan. Banyak hal harus dikompromikan dengan tubuh saya,” ujarnya .
Selain menjaga pola makan, Ciputra juga nyaris tak pernah melewatkan matahari pagi, maklum matahari pagi banyak sekali manfaatnya, salah satunya adalah membantu tubuh memproduksi Vitamin D.
Sembari berjemur, Ciputra juga melakukan aktivitas kecil seperti sekadar membersihkan pekarangan rumah, intinya ia mencari berbagai kesibukan supaya tubuhnya tetap bergerak aktif.
“Kemudian saya tidak akan berlama-lama mengabaikan matahari. Selesai sarapan pada pukul delapan pagi, saya sudah berada di pekarangan belakang yang menghadap ke lapangan golf. Saya akan menghabiskan waktu dengan mencumbu pepohonan dan bunga-bungaan yang indah,” kata dia.
“Kedua kaki saya menapaki hamparan rumput dan saya menghampiri patung-patung yang bertebaran di sekujur taman. Kadang saya membersihkan patung dari bunga atau daun yang terjatuh dan telah menghitam,” tambahnya.
Tak berhenti di situ, di usianya yang sekarang Ciputra sama sekali tak mau mengabaikan olahraga. Dia yakin cara ini sangat membantunya untuk tetap bugar di usia yang semakin sepuh.
Ciputra adalah penyuka olahraga renang sampai saat ini masih menekuninya. Baginya, berhenti berolahraga sama saja membiarkan tubuh digerogoti usia.
“Saya berenang. Saya tak mau menghentikan olahraga selama fisik saya masih sanggup melakukannya. Ini paham yang sama dengan yang dianut sahabat saya, Ismail Sofyan. Ia juga rutin berlari dan tak mau menghentikannya,” katanya lagi.
“Lakukan olahraga apa aja yang kita suka dan jangan hentikan rutinitas itu,” tambahnya.
Meski olahraga yang ia lakukan tergolong berat untuk ukuran orang seusia Ciputra, namun ia sama sekali tak kelelahan. Justru sebaliknya sehabis renang ia merasa kondisinya jauh lebih baik.
“Apakah setelah itu saya terkapar kelelahan? Tidak. Saya hanya butuh sekitar 15 menit untuk membasuh diri dan berpakaian. Lalu saya akan menuju ruang makan yang terletak persis di depan kamar tidur saya,” imbuhnya.
Menyatu dengan Alam
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjaga tubuh tetap bugar, menjaga pola makan dibarengi olahraga yang cukup memang menjadi salah satu kuncinya. Namun hal ini menjadi sia-sia jika tak ada kedamaian di dalam hati dan pikiran dan Ciputra punya semua itu.
Baginya kedamaian hati dan pikiran datang dari hunian yang nyaman, rumah yang tenang. Sebagai seorang arsitektur dan raja properti Ciputra bisa saja membuat rumah mentereng, itu bukan pekerjaan sukar baginya.
Berlokasi di kawasan elite Pondok Indah, Jakarta Selatan, Ciputra memilih desain rumah yang sederhana, ia tak ingin tempat tinggalnya terkontaminasi modernisasi, rumahnya dibuat sederhana dan tetap menyatu dengan alam.
Baca Juga: Pelajaran Kepemimpinan ala Ciputra: Bukan Hanya Membangun Kota, tapi juga Membangun Manusia
“Pertama-tama anda tidak akan melihat penampakan rumah mentereng seperti yang anda khayalkan saat membayangkan rumah seorang Ciputra. Anda hanya akan melihat pohon. Pohon yang tinggi dengan dahan menjalar-jalar, dan tanaman rambat yang menyelubungi hampir seluruh bagian luar rumah sehingga menyerupai bukit mungil,” ujarnya.
Dahan yang meliuk liuk dan dedaunan yang tumbuh mengikuti petunjuk alam bakal menjadi tarian istimewa menyambut setiap tamu yang datang ke rumah Ciputra.
Lalu koridor dengan pilar kayu dengan dasar batu Gunung Merapi berwarna abu-abu merah serta lantai batu akan mengantar setiap tamu menuju pintu dengan dua daun. Semua serba kayu dan batu alam.
“Saya mencintai alam dan tak ingin melepaskan diri dari pelukan alam,” kata Ciputra.
Selain pepohonan rimbun, pekarangan rumah Ciputra bertaburan patung-patung yang kebanyakan dibuat 3 dimensi dari lukisan Hendra Gunawan. Ada patung setinggi delapan meter yang diberi nama patung "Yesus Memberkati".
“Itu patung terbesar. Di sekelilingnya ada tiga patung lagi yang berukuran mungil, yakni "Malaikat". Juga ada empat patung dengan judul "Penderitaan", yang menggambarkan penderitaan ayah saya saat ditangkap polisi penjajah,dan penderitaan ibu saya saat ditinggal ayah saya,” bebernya.
Kawan Bercakap-cakap
Melewati masa senja dalam kesendirian adalah hal paling menyedihkan,banyak lansia sudah merasakan penderitaan itu. Ciputra adalah orang paling beruntung ia tidak merasakan hal ini.
Selain Dee, sang istrinya selalu senantiasa berada di sampingnya, Ciputra punya dua staf yang masih setia hingga kini, Sepanjang siang ia berada di ruang makan bersama dua staf terdekatnya itu Hilda sang sekretaris dan Syaiful si asisten pribadi.
“Setiap hari Hilda muncul di rumah saya pada tengah hari setelah sebelumnya ia menyelesaikan pekerjaan di kantor Ciputra Group. Sedangkan Syaiful sudah berada di rumah saya sejak pagi. Mereka adalah teman bercakap-cakap saya. Mereka mendengar dan mengetahui diri saya di dalam mengarungi masa senja ini. Mereka hebat,” tuturnya.
Kedua orang dekatnya ini tahu betul cara memperlakukan Ciputra di usianya yang sekarang ini, mereka paham dan tahu cara menghadapi egonya seorang yang sudah di usia renta.
Di hadapan mereka, Ciputra bukan lagi seorang pemimpin yang masih lincah dan mampu mengingat segala hal atau memenuhi banyak hal yang diinginkan. Di hadapan keduanya Ciputra adalah seorang laki-laki uzur, berusia 8oan tahun yang tidak pernah sudi berdiam diri.
Baca Juga: Warisan Besar Ciputra untuk Generasi Muda Indonesia: Integritas, Profesionalisme, Entrepreneurship
“Adalah hal yang indah bahwa dua orang ini, Hilda dan Syaiful, bukan saja memakai mata dan telinga dalam memahami saya. Tapi, mereka juga memakai hati,” ucapnya.
“Saya paham bahwa di usia seperti saya ini, para staf dan orang-orang di sekeliling saya melayani saya bukan lagi dengan mental "memenuhi keinginan bos". Mereka mungkin juga berpikir pemimpin mereka sudah tua, bahkan terlampau tua. Dan, cepat atau lambat, saya akan pergi. Kadang saya menikmati kasih mereka,” pungkasnya.