Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) memprediksi kemajuan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) bakal terus mengalami perkembangan pesat, bahkan dalam 10 tahun ke depan AI disebut sudah bisa mengambil alih 50 persen pekerjaan yang saat ini masih dikerjakan manusia.
Menteri Ketenagakerjaan Yassierli mengatakan, untuk menghadapi kemajuan teknologi seperti ini, maka perlu ada peningkatan kompetensi tenaga kerja Indonesia, kualitas Sumber Daya Manusia kata dia harus benar-benar ditingkatkan supaya bisa bersaing. Tanpa peningkatan kemampuan, tenaga kerja Indonesia akan sulit bersaing di pasar kerja global yang semakin kompetitif.
Baca Juga: Pemerintah Akui MBG Belum Maksimal Serap Produk Pertanian dan Peternak Lokal
“10 tahun ke depan, mungkin 50% pekerjaan saat ini akan tergantikan oleh mesin atau AI. Karena itu, kita harus menjawab tantangan ini dengan serius melalui program skilling, reskilling, dan upskilling,” kata Yassierli dilansir Kamis (13/11/2025).
Perkuat BLK
Yassierli mengatakan peningkatan kompetensi membutuhkan kolaborasi lintas sektor, hal ini tak semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah saja tetapi perlu kerja sama antara dunia usaha, industri, dan serikat pekerja.
Pemerintah lanjut Yassierli telah menyiapkan fasilitas untuk mendukung agenda peningkatan kompetensi nasional. Dia mengatakan, Kementerian Ketenagakerjaan akan memperkuat peran Balai Latihan Kerja (BLK) dan Balai Vokasi Produktivitas (BVP) sebagai pusat pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia.
Baca Juga: Menteri Purbaya Soroti Wacana Prabowo Bayar Utang Whoosh Pakai Duit Sitaan Korupsi
Saat ini, terdapat 41 BLK di seluruh Indonesia yang siap dimanfaatkan untuk berbagai jenis pelatihan, mulai dari teknologi informasi (TI), permesinan, barista, hospitality, pengelasan, hingga green jobs.
“BLK harus menjadi rumah bagi semua pekerja untuk belajar dan berkembang. Ini langkah konkret agar kita siap menghadapi perubahan dunia kerja,” ujar Yassierli.
Pemerintah menargetkan minimal 500.000 peserta pelatihan dapat mengikuti program pengembangan kompetensi tersebut. Jumlah itu berpotensi meningkat hingga jutaan peserta jika melibatkan partisipasi aktif dari serikat pekerja, dunia industri, dan lembaga pendidikan vokasi.
Menaker Yassierli menegaskan, strategi peningkatan kompetensi melalui skilling, reskilling, dan upskilling merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menciptakan tenaga kerja tangguh, adaptif, dan berdaya saing tinggi di era digital.
Ia berharap langkah konkret ini dapat memastikan Indonesia tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga mampu melahirkan sumber daya manusia unggul yang berperan aktif dalam menciptakan inovasi di berbagai sektor industri.
“Transformasi kompetensi adalah investasi jangka panjang. Kita ingin memastikan setiap pekerja Indonesia siap beradaptasi dan tumbuh bersama perubahan zaman,” pungkas Yassierli.