Pendekatan tekniknya tidak hanya terlihat dalam cara Bene merangkai cerita, tapi juga dalam sistem kerja di lokasi syuting.

Ia mengakui, cara berpikirnya sebagai 'anak teknik' memengaruhi cara mengorganisasi produksi film.

“Anak teknik sangat memikirkan sistem. Jadi ketika syuting itu sudah sangat dipikirkan dengan detail ala-ala pabrik. Bagaimana ini urutan kerjanya dan segala macamnya. Itu mungkin juga memberikan warna dalam cara bersyuting,” ungkap Bene.

Ia percaya, setiap latar belakang pendidikan memberikan sentuhan tersendiri dalam karya film seseorang.

Seorang psikolog, dokter, atau teknisi, kata dia, semuanya membawa perspektif unik.

“Seperti misalnya anak kedokteran bikin film. Kita punya dokter topi loh yang bikin film. Jadi itu jadi membuat warna-warna sendiri di dalam filmnya. Mungkin terasa atau tidak terasa, tapi ada pengaruhnya,” tambahnya.

Kini, Bene membuktikan bahwa menjadi filmmaker tak melulu harus berasal dari jalur seni murni. Justru keberagaman latar belakang itu yang memperkaya warna sinema Indonesia.

"Dengan pola pikir teknis dan struktur yang matang, kita akan mampu menghadirkan cerita yang tidak hanya kuat secara naratif, tapi juga tertata secara produksi," tandasnya.

Baca Juga: Kamila Andini: Film Pendek Jadi Ruang Eksplorasi dan Harapan Baru Sineas Muda