Universitas Andalas (UNAND) kembali menjadi ruang diskusi penting bagi isu strategis industri kelapa sawit. Dalam kegiatan Bedah dan Diseminasi Buku berjudul “Mitos Vs Fakta: Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global Edisi Keempat”, Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), serta akademisi UNAND sepakat bahwa pemanfaatan biomassa sawit berpotensi besar untuk memperkuat ekonomi hijau Indonesia.

Kegiatan ini bukanlah yang pertama kali dihelat di UNAND. Pada tahun 2017 lalu, kampus tersebut juga pernah menjadi tuan rumah bedah buku edisi ketiga. Kehadiran edisi terbaru ini pun kembali “memulangkan” diskusi sawit ke ranah akademik, dengan melibatkan mahasiswa dari berbagai universitas di Sumatera Barat seperti Universitas Negeri Padang, Universitas Islam Negeri Imam Bonjol, Universitas Ekasakti, dan Universitas Baiturrahmah. Perwakilan akademisi UNAND turut hadir, di antaranya Prof. Dr. Ir. Indra Dwipa, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian serta Hasnah, S.P., DipAgEc., M.Ec., Ph.D., Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Ketua GAPKI Sumbar, Bambang Wiguritno, dan Ketua DPW APKASINDO Sumbar, Jufri Nur.

Baca Juga: BPDP dan PASPI Gelar Bedah Buku Mitos Vs Fakta Sawit Edisi Keempat di Universitas Andalas

Dr. Tungkot Sipayung, Direktur Eksekutif PASPI sekaligus ketua tim penyusun buku, menegaskan bahwa literasi berbasis riset sangat penting untuk meluruskan persepsi publik terkait sawit.

"Selama ini biomassa sawit hanya dimanfaatkan secara sederhana, misalnya untuk pupuk organik atau bahan bakar boiler di pabrik kelapa sawit. Namun dengan riset dan inovasi, nilainya bisa ditingkatkan menjadi produk berdaya saing global,” ujarnya.

Diskusi kemudian diperdalam oleh akademisi lintas disiplin dari UNAND. Prof. Dr. Ir. Melinda Noer, M.Sc., menyoroti peran sawit dalam mendukung perekonomian sekaligus keberlanjutan.

“Kita harus melihat sawit bukan hanya dari sisi minyaknya, tetapi juga produk sampingannya yang memiliki potensi besar. Biomassa bisa menjadi jawaban atas tantangan energi dan lingkungan jika dikelola secara tepat,” katanya.

Baca Juga: Bersama Olenka, BPDP Lanjutkan Sawit on Town 2025 Edisi Ketiga untuk Edukasi Manfaat Sawit

Pandangan serupa disampaikan Dr. Fadjar Goembira, ST., dosen Teknik Lingkungan UNAND. Menurutnya, pengelolaan biomassa sawit dapat menjadi bagian penting dari strategi ekonomi sirkular. “Biomassa sawit seharusnya tidak lagi dianggap limbah. Dengan inovasi teknologi, ia bisa diolah menjadi bioenergi, biokimia, maupun material ramah lingkungan yang mendukung transisi energi hijau,” ujarnya menambahkan.

Menariknya, peluang hilirisasi biomassa sawit tidak hanya bisa digarap oleh korporasi berskala besar, melainkan juga dapat dikelola dalam skala usaha kecil dan menengah. Hal itu ditegaskan oleh Helmi Muhansyah, Kepala Divisi Kerja Sama Kemasyarakatan dan UMKM BPDP, dalam keynote speech-nya. Ia mencontohkan kisah sukses CV Surya Agro Nusantara, alumni program Inkubasi Bisnis UMKM Sawit UNAND–BPDP tahun 2022, yang berhasil mengembangkan produk lidi sawit dari Kabupaten Pasaman Barat.

“Keberhasilan ini menunjukkan hilirisasi biomassa sawit bisa langsung menyentuh masyarakat bawah dan memberi dampak nyata bagi pembangunan daerah,” ungkapnya.

Baca Juga: BPDP Tampilkan Produk Hilir Sawit di IFBC Expo 2025 Surabaya

Selain lidi, berbagai produk turunan berbasis biomassa sawit telah dikembangkan oleh UMKM di Indonesia. BPDP merangkum ragam inovasi dalam katalog produk UMKM sawit, mulai dari kerajinan anyaman, furnitur, aksesori, personal care, gula merah sawit, pupuk, hingga pakan ternak.

Kehadiran inovasi ini mempertegas pergeseran paradigma bahwa biomassa sawit bukan sekadar limbah, melainkan sumber daya bernilai ekonomi.

Dengan semakin banyaknya produk hilir yang lahir dari biomassa sawit, pandangan publik mulai bergeser. Sawit kini tidak hanya identik dengan isu deforestasi, tetapi juga dipandang sebagai sumber energi, bahan baku industri, serta peluang usaha berkelanjutan.

Baca Juga: Alasan Minyak Goreng Lebih Populer Dibanding Minyak Sawit Merah

Pemanfaatan biomassa sawit pada akhirnya bukan hanya menjawab tantangan lingkungan, tetapi juga membuka jalan bagi Indonesia untuk membangun industri sawit yang lebih inklusif, modern, dan berdaya saing tinggi.