Growthmates, setiap koneksi di LinkedIn bisa menjadi klien, mitra, atau peluang baru. Sayangnya, banyak orang merusak kesempatan ini dengan pesan copy-paste yang generik dan terkesan putus asa.
Padahal, ada perbedaan besar antara pesan yang terdengar seperti spam dengan penjangkauan yang sukses dan itu tidak bergantung pada naskah mewah atau waktu pengiriman.
Kuncinya sederhana, yakni perlakukan orang sebagai manusia, bersikap autentik, dan ajukan pertanyaan yang tepat.
Dan, dikutip dari Forbes, Kamis (11/9/2025), mari kita bahas bagaimana menguasai seni mengirim pesan LinkedIn yang autentik, elegan dan efektif.
1. Mulailah dengan konteks yang tulus
Setiap percakapan harus dimulai dengan perhatian nyata terhadap orang yang Anda hubungi. Sebutkan postingan terbaru mereka, artikel yang mereka bagikan, atau transisi karier yang mereka jalani.
Dengan begitu, prospek akan merasa dihargai dan dilihat. Mereka tahu Anda benar-benar meluangkan waktu untuk memahami, bukan sekadar mengirim sapaan generik.
2. Singkatkan pesan pertama
Lupakan promosi panjang tentang produk Anda. Pesan pertama cukup satu hingga dua kalimat ringan, natural, seperti memulai obrolan di WhatsApp, bukan presentasi bisnis.
Bayangkan bagaimana Anda mendekati seseorang di konferensi, Anda memperkenalkan diri, mencari kesamaan, lalu membiarkan percakapan mengalir. Prinsip ini sama di LinkedIn.
3. Ajukan pertanyaan yang mengundang balasan
Pertanyaan lebih kuat daripada pernyataan, asal tepat. Hindari pertanyaan dangkal seperti “Boleh tahu tentang bisnis Anda?” yang terkesan generik.
Sebaliknya, gunakan pertanyaan yang menunjukkan riset Anda. Misalnya, “Bagaimana Anda mengelola transisi dari korporat ke konsultan?” Pertanyaan semacam ini terasa personal, relevan, dan membuka ruang diskusi.
Baca Juga: Mengulik Potensi Affiliate Marketing bagi Pengembangan Bisnis dan Lapangan Kerja Baru di Era Digital