4. The Metamorphosis karya Franz Kafka

Dalam kisah surealis ini, seorang pria bernama Gregor Samsa terbangun dan mendapati dirinya telah berubah menjadi serangga raksasa.

Keanehan premisnya justru menguatkan pesan tentang keterasingan, beban keluarga, dan hilangnya martabat manusia. Dengan gaya yang dingin dan singkat, Kafka mengguncang pembaca untuk menatap sisi rapuh eksistensi manusia yang sering terabaikan.

5. The Stranger karya Albert Camus

Camus menyajikan sebuah kisah tentang seorang pria yang melakukan pembunuhan tanpa alasan yang jelas, lalu dihadapkan pada absurditas hidup dan penghakiman masyarakat.

Dengan prosa yang datar dan minimalis, novel ini menggugat makna moralitas, kehidupan, dan kematian. The Stranger bukan sekadar cerita kejahatan, melainkan tantangan filosofis tentang bagaimana manusia seharusnya hidup di dunia yang terasa tanpa makna.

6. The Great Gatsby karya F. Scott Fitzgerald

Meski kerap digolongkan sebagai novel pendek, The Great Gatsby menghadirkan potret tajam tentang ambisi, cinta, kekayaan, dan kehampaan di era Amerika tahun 1920-an.

Melalui gaya bahasa yang liris dan simbolis, Fitzgerald mengkritik ilusi 'Impian Amerika' yang gemerlap namun rapuh. Kisah Jay Gatsby yang penuh harap, cinta, dan kehancuran meninggalkan kesan sendu yang sulit dilupakan.

7. Siddhartha karya Hermann Hesse

Novela ini mengikuti perjalanan spiritual seorang pemuda dalam pencarian makna hidup, kedamaian batin, dan jati diri.

Dengan perpaduan filsafat Timur dan gaya tutur yang sederhana, Siddhartha mengajak pembaca merenungi arti kebijaksanaan yang lahir dari pengalaman, bukan sekadar ajaran.

Kesederhanaannya justru membuat perjalanan batin tokohnya terasa dekat dan personal.

Nah Growthmates, bagi Anda yang memiliki waktu terbatas tetapi mendambakan bacaan yang bermakna, deretan buku pendek ini layak menjadi pintu masuk menuju pengalaman sastra yang dalam dan tak terlupakan.

Baca Juga: 7 Buku yang Wajib Dibaca untuk Meringankan Stres dan Kesejahteraan Emosional