Dunia filsafat telah melahirkan banyak tokoh filsuf kenamaan dari kalangan perempuan. Mereka berperan dalam memperluas cakrawala filsafat melalu pemikiran yang tajam dan analisis kritis terhadap berbagai aspek kehidupan manusia.
Filsafat merupakan sebuah kajian tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam suatu konsep mendasar. Filsafat tidak hanya mengajukan pertanyaan tentang apa yang benar atau salah, tetapi juga bagaimana kita mengetahui sesuatu apa yang ada, dan bagaimana manusia seharusnya hidup.
Berikut ini Olenka kutip dari berbagai sumber, Minggu (20/10/2024), deretan tokoh perempuan yang berprestasi sebagai seorang filsuf.
Baca Juga: 8 Daftar Tokoh Perempuan Paling Berpengaruh di Dunia, Hebat dan Menginspirasi!
1. Simone de Beauvoir
Simone de Beauvoir dikenal sebagai seorang tokoh feminisme modern dan filsuf asal Prancis yang terkenal pada awal abad ke-20. Ia juga merupakan pengarang novel, essai, dan drama dalam bidang politik dan ilmu sosial.
Beauvoir mendapatkan gelar sarjana filsafat setelah menyelesaikan pendidikannya di Sarbonne University pada 1929. Kemudian, ia melanjutkan studinya di Jerman.
Beauvoir hidup di zaman kejayaan eksistensialisme, salah satu aliran filsafat yang berpengaruh di Perancis saat itu. Pada masa mudanya, Beauvoir banyak melakukan kajian dan kritik terhadap konstruksi gender perempuan dalam epistemologi sosial masyarakat Prancis saat itu.
Karya Beauvoir mencerminkan pemikiran ini antara lain She Came to Stay (1943), All Men are Mortal (1946), The Woman Destroyed (1967), dan karya utamanya The Second Sex (1949).
2. Hannah Arendth
Hannah Arendth menghabiskan hidupnya untuk menulis secara ekstensif mengenai Totaliterisme. Melalui karya The Origins of Totalitarianism yang ditulisnya pada 1951, Arendth menganalisa dan menjelaskan bagaimana pemerintah menjadi sebuah kekuatan.
Di akhir hidupnya, Arendth meninggalkan banyak karya yang belum rampung diselesaikannya. Karya-karyanya mencakup beragam topik, tetapi yang paling terkenal adalah pemikirannya tentang kekuasaan, kejahatan, serta isu-isu politik seperti demokrasi langsung, otoritas, dan totalitarianisme.
Dalam pandangan umum, Arendth paling diingat karena kontroversi yang muncul selama persidangan Adolf Eichmann, upayanya menjelaskan bagaimana individu biasa bisa berperan dalam sistem totaliter, serta konsep "banalitas kejahatan" yang dikenalnya.
Baca Juga: Deretan Tokoh Perempuan Era Reformasi yang Berpengaruh di Indonesia
3. G.E.M Anascombe
Sebagai tokoh filsuf wanita dari Britania, Anascombe dikenal akan tulisannya tentang filsafat budi, filsafat tindakan, logika filosofis, filsafat bahasa, etika, hingga kriminal perang. Intention merupakan salah satu karya terbaik Anascombe, di mana di dalamnya membahas tentang bagaimana ekspektasi memiliki efek yang begitu kuat terhadap kedudukan etika diri sendiri.
Karya termasyhur lainnya adalah Modern Moral Philosophy yang ditulisnya pada 1958. Dalam karya tersebut, Anascome turut memperkenalkan istilah "konsekuensialisme" ke dalam bahasa filsafat analitik, dan memiliki pengaruh yang kuat dalam etika kebajikan kontemporer.
Anscombe pernah terpilih sebagai Profesor Filsafat di Universitas Cambridge pada tahun 1970, tempat bersejarahnya sampai ia pensiun pada tahun 1986. Ia juga sempat terpilih sebagai Anggota Kehormatan Asing dalam American Academy of Arts and Sciences pada tahun 1979.
4. Karlina Rohima Supelli
Tokoh filsuf wanita selanjutnya datang dari Indonesia. Dia tak lain adalah Karlina Rohima Supelli atau yang akrab dikenal dengan nama Karlina Supelli.
Wanita kelahiran 15 Agustus 1958 ini dikenal sebagai filsuf, akademisi, aktivis, dan astronom wanita pertama di Indonesia. Ketertarikannya pada ilmu kosmologi yang menimbulkan pertanyaan dalam dirinya mengenai bagaimana sesuatu bermula,embuat Karlina pada akhirnya berpijak di bidang filsafat.
Sejak tahun 1994, Karlina memulai karir akademisnya di bidang filsafat, hingga berhasil meraih gelar doktor di Program Studi Filsafat Universitas Indonesia dengan disertasi berjudul Wajah-Wajah Alam Semesta: Suatu Kosmologi Empiris Konstruktif.
Setelah menempuh pendidikannya di bidang filsafat, Karlina berfokus pada dunia akademik. Di mana mengajar, meneliti, dan berkontribusi kepada masyarakat menjadi bagian dari kesehariannya.
Baca Juga: 7 Perempuan Berprestasi Indonesia yang Berkecimpung di Dunia Teknologi
5. Toety Heraty
Selain Karlina, ada sosok Toety Heraty yang juga menjadi tokoh filsuf perempuan di Tanah Air. Bukan hanya sebagai seorang filsuf, Toety juga dikenal sebagai penulis, dokter, penyair, dan juga feminis.
Toety menaruh perhatian penuh dalam bidang filsafat. Ada banyak karya Toety yang bersinggungan langsung dengan permenungan filosofis, seperti Emansipasi Wanita Menurut Simon du Beauvoir(karya skripsinya, 1961), Wanita Multidimensional (1990), Woman in Asia: Beyond the Domestic Domain (1989), Calon Arang-kisah perempuan korban patriarki (2000), dan Hidup Matinya Sang Pengarang (2000).
Sebelum tutup usia, Toety sempat rapat bersama Karlina Supelli dan Direktorat Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid untuk menentukan hari filsafat di Indonesia.