Growthmates, jika berbicara tentang keuangan, pasti kamu sering mendengar tentang beragam nasihat finansial atau financial advice yang sering dibagikan, entah di media sosial ataupun secara langsung.

Mulai dari influencer hingga financial advisor di Instagram, semua orang memberi nasihat tentang cara mengelola uang dan membangun kekayaan.

Namun, nasihat keuangan bukanlah sesuatu yang bisa digunakan untuk semua orang dan tidak diciptakan sama. Ada beberapa mitos mengenai kesadaran finansial yang dapat menyesatkan seseorang sehingga perlu untuk menghilangkan prasangka tersebut. Kira-kira apa saja?

Mitos 1 – Kamu harus punya rumah sendiri!

Kesalahpahaman yang umum terjadi adalah bahwa membeli rumah atau memiliki rumah sendiri adalah keputusan finansial yang bijaksana. Ini tidak hanya akan mengamankan kamu, tetapi juga anak-anakmu dan seseorang harus membeli rumah pada usia 28 tahun.

Meskipun menjadi pemilik rumah adalah investasi yang solid, hal ini tidak cocok untuk semua orang dan tidak selalu merupakan waktu yang tepat untuk membeli properti. Dalam keadaan tertentu, menyewa rumah bisa lebih masuk akal, terutama bila kamu tahu bahwa kamu harus sering berpindah-pindah atau ketika harga rumah melambung.

Adalah bijaksana untuk mempertimbangkan biaya investasi properti. Kamu harus membayar biaya pemeliharaan, pajak properti, berinvestasi pada furnitur baru, dan banyak lagi. Menyewa, dalam kondisi ini, dapat menawarkan fleksibilitas, memungkinkan kamu menginvestasikan uang di tempat lain.

Mitos 2 – Semua utang adalah buruk

Utang sering kali dilukis dengan kuas yang buruk. Masyarakat percaya bahwa segala bentuk utang berdampak buruk bagi kesehatan keuangan mereka dan dapat menyebabkan gagal bayar di masa depan.

Meskipun utang yang berlebihan dapat merugikan, tidak semua utang harus dipandang sama. Pinjaman pelajar, misalnya, dapat dianggap sebagai utang 'baik' karena dapat menyebabkan akumulasi aset atau peningkatan potensi pendapatan.

Sementara, utang ‘buruk’ biasanya mengacu pada utang kartu kredit berbunga tinggi atau pinjaman yang digunakan untuk pengeluaran tidak penting yang biasanya digunakan untuk bersenang-senang atau tugas-tugas yang tidak penting.

Baca Juga: Tips Mengelola Keuangan di Usia 40-an: Lakukan Financial Checklist ala Sequis Ini Yuk!

Mitos 3 – Berinvestasi dalam saham adalah hal yang berisiko

Beberapa orang mulai menghindari investasi di pasar saham sama sekali. Mereka menganggapnya berisiko karena ‘salah satu kerabat mereka’ kehilangan uang di pasar saham.

Meskipun saham bisa berfluktuasi, salah jika kita berpikir bahwa semua investasi saham berisiko. Sebaliknya, jika kamu berinvestasi pada saham setelah melakukan penelitian dan nasihat keuangan yang tepat, saham dapat menjadi bagian penting dari portofoliomu yang dapat membantu kamu tumbuh secara finansial dalam jangka panjang.

Mitos 4 – Kartu kredit adalah bisnis yang berisiko

Banyak orang menolak menggunakan kartu kredit atau bahkan menagihnya karena percaya bahwa kartu kredit dapat menyebabkan kehancuran finansial. Meskipun benar bahwa penggunaan yang tidak bertanggung jawab akan menyebabkan masalah keuangan dan akumulasi utang, menghindarinya sepenuhnya bukanlah pendekatan yang praktis.

Faktanya, kartu kredit menawarkan kemudahan, imbalan, diskon, dan dapat membantu membangun nilai kredit positif bila digunakan secara bertanggung jawab dan dibayar tepat waktu.

Mitos 5 - Pendapatan tinggi berarti hidupmu lebih baik

Memiliki penghasilan yang tinggi tidak serta merta menjamin kesuksesan finansial. Faktanya, hal ini berbeda-beda pada setiap orang. Meskipun penghasilan yang besar tentu akan memudahkan pencapaian tujuan finansial, namun hal tersebut tidak menjamin kesejahteraan jika seseorang tidak belajar mengelola keuangan dengan bijak.

Tanpa pengetahuan yang baik, orang-orang yang berpenghasilan tinggi dapat terjerumus ke dalam perangkap pengeluaran berlebihan dan utang, yang pada akhirnya gagal menabung untuk masa depan. Oleh karena itu, kesuksesan finansial lebih bergantung pada caramu mengelola dan menyimpan uang dibandingkan jumlah penghasilan.

Semoga informasinya bermanfaat, ya!

Baca Juga: Membedah Pos Keuangan Gen Z, Milenial, dan Gen X: Dari Angsuran hingga Investasi