Growthmates, dari banyak pemilik bisnis terkejut ketika seorang calon investor mengatakan bahwa nilai perusahaan mereka jauh lebih rendah dari perkiraan.
Padahal, pendapatan terus tumbuh, klien setia, dan tim tampak sibuk setiap hari. Dari sudut pandang pemilik, bisnis terlihat sehat. Namun bagi pembeli, ceritanya bisa sangat berbeda.
Perbedaan ini muncul karena pemilik dan pembeli bisnis menggunakan papan skor yang tidak sama. Pemilik fokus pada aktivitas, pertumbuhan, dan kesibukan. Sementara, investor hanya peduli pada laba, arus kas, risiko, serta seberapa baik bisnis dapat berjalan tanpa keterlibatan langsung sang pemilik.
Di sinilah masalah muncul. Ada 'pembunuh nilai' yang bekerja secara senyap di balik kesibukan operasional Anda. Jika tidak disadari, masalah-masalah ini dapat memangkas nilai bisnis yang telah Anda bangun bertahun-tahun lamanya.
Dan, dikutip dari Forbes, Senin (1/12/2025), berikut 5 masalah tersembunyi paling umum yang menurunkan nilai bisnis beserta cara memperbaikinya.
1. Fatamorgana Pendapatan
Tidak semua pertumbuhan itu sehat. Banyak bisnis terlihat berkembang karena pendapatannya naik, tetapi di balik itu margin justru menyusut, arus kas ketat, dan biaya makin membengkak.
Investor biasnaya tidak tertarik pada seberapa besar Anda menjual, melainkan seberapa besar yang benar-benar Anda simpan.
Solusinya adalah mengubah fokus dari sekadar omzet ke kualitas keuntungan. Lacak margin kotor, laba bersih, dan arus kas secara rutin setiap bulan.
Perhatikan juga laba per klien atau per proyek, bukan hanya total penjualan. Pertumbuhan baru bernilai ketika memperlebar jarak antara uang yang masuk dan keluar.
2. Jebakan Harga
Banyak pemilik bisnisragu menaikkan harga karena takut kehilangan pelanggan. Sementara itu, biaya terus naik dan margin makin tergerus.
Akibatnya, Anda harus bekerja jauh lebih keras hanya untuk mempertahankan hasil yang sama. Penetapan harga yang terlalu rendah menjadi beban tersembunyi yang terlihat dalam bentuk stres, kekurangan kas, dan valuasi bisnis yang lemah.
Langkah awalnya adalah meninjau kembali margin secara objektif. Uji harga yang lebih tinggi pada klien baru, lalu perkenalkan penyesuaian harga kepada klien lama dengan komunikasi nilai yang jelas.
Harga yang sehat tidak hanya memperbaiki arus kas, tetapi juga memberi sinyal kuat kepada calon pembeli bahwa bisnis Anda memiliki ruang tumbuh yang aman.
Baca Juga: 6 Cara Meningkatkan Nilai Bisnis agar Lebih Menarik di Mata Investor
3. Hambatan Pendiri
Jika setiap keputusan penting harus melewati Anda, setiap negosiasi besar harus Anda tangani, dan setiap masalah operasional menunggu solusi dari Anda, maka bisnis Anda sesungguhnya belum mandiri.
Dalam dunia akuisisi, ini disebut 'risiko orang kunci', risiko bahwa bisnis tidak bisa berjalan tanpa pemiliknya.
Risiko ini menurunkan valuasi karena pembeli tahu mereka harus 'mengganti' Anda setelah akuisisi.
Untuk mengatasinya, daftarkan semua hal yang hanya Anda lakukan. Pertahankan tugas yang benar-benar membutuhkan peran Anda, dan mulai delegasikan atau dokumentasikan sisanya.
Merekrut pimpinan operasional atau kepala penjualan memang bisa mengurangi laba jangka pendek, tetapi secara signifikan meningkatkan nilai jangka panjang.
4. Titik Buta Tolok Ukur
Banyak pemilik bisnis membandingkan bisnisnya dengan cerita rekan, kompetitor di media sosial, atau asumsi pribadi, bukan dengan data industri yang valid. Tanpa tolok ukur untuk margin, biaya overhead, dan produktivitas, Anda tidak pernah benar-benar tahu apakah bisnis Anda unggul atau justru tertinggal.
Carilah tolok ukur industri yang relevan, bandingkan dengan kinerja tiga tahun terakhir, lalu pilih satu area yang paling berdampak untuk diperbaiki.
Tolok ukur membantu Anda mengambil keputusan berbasis data, sekaligus meningkatkan kepercayaan pembeli terhadap angka-angka keuangan Anda.
5. Kekacauan Keuangan saat Uji Tuntas
Bagi banyak pemilik bisnis, pembukuan hanyalah urusan administratif belakang layar, sampai hari ketika calon pembeli meminta laporan lengkap.
Catatan yang tidak rapi langsung menurunkan kepercayaan dan bisa memperlambat bahkan menggagalkan transaksi. Kebiasaan keuangan yang buruk selama bertahun-tahun tidak bisa diperbaiki dalam semalam.
Mulailah dengan pembukuan bulanan yang bersih dan konsisten. Pisahkan dengan tegas pengeluaran pribadi dan bisnis.
Pantau juga laba dan arus kas melalui laporan sederhana yang rutin dievaluasi. Kebiasaan ini memberi sinyal kuat bahwa bisnis Anda stabil, transparan, dan siap naik kelas.
Mengubah 'Pembunuh Nilai' Menjadi Sumber Pertumbuhan
Hampir semua pemilik bisnis menghadapi setidaknya satu dari masalah di atas. Tujuannya bukan menyalahkan diri sendiri, melainkan membangun kejelasan dan kendali kembali.
Anda bisa memulainya dengan langkah-langkah sederhana, namun berdampak besar, seperti:
- Tinjau kondisi keuangan satu hingga tiga tahun terakhir secara jujur.
- Pilih satu perbaikan yang langsung berdampak pada laba dalam kuartal berikutnya.
- Ambil satu langkah konkret untuk mengurangi ketergantungan operasional pada diri Anda.
- Gunakan tolok ukur untuk memahami posisi bisnis yang sebenarnya.
- Bangun kebiasaan meninjau keuangan setiap bulan.
- Jika berencana menjual di masa depan, siapkan waktu satu hingga tiga tahun untuk membenahi fondasi.
Baca Juga: 8 Hal yang Dicari 'Angel Investor' saat Berinvestasi di Bisnis