L’Oréal Indonesia kembali menghadirkan program L’Oréal–UNESCO For Women in Science (FWIS) 2025, sebagai wujud nyata komitmen dalam mendukung kontribusi perempuan peneliti bagi kemajuan bangsa.
Didukung oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, program ini telah konsisten selama 22 tahun memberikan penghargaan dan pendanaan riset bagi perempuan peneliti Indonesia yang berkontribusi dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof. Stella Christie, menegaskan pentingnya peningkatan partisipasi perempuan di dunia sains.
“Bukti ilmiah menunjukkan bahwa perempuan memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki dalam sains dan matematis. Namun, kesenjangan masih terjadi, baik dalam kesempatan kerja, perbedaan gaji, maupun representasi di bidang STEM,” papar Prof. Stella, dikutip Kamis (13/11/2025).
Lebih lanjut, Prof. Stella menekankan bahwa meningkatkan jumlah perempuan di bidang penelitian bukan sekadar persoalan kesetaraan, tetapi juga ekonomi, karena negara akan merugi bila tidak memanfaatkan potensi terbaik di bidangnya.
Prof. Stella juga berpesan agar perempuan peneliti memiliki tiga hal penting untuk dapat maju dan berkontribusi: percaya diri, berani mengambil kesempatan, dan tidak mudah menyerah, serta melakukan apa yang mereka sukai dengan menjadi diri sendiri.
Mendorong Kesetaraan Melalui Sains yang Berdampak
Menurut laporan UNESCO tahun 2025, 43,5% peneliti di Indonesia adalah perempuan. Angka ini menunjukkan kemajuan, namun upaya menuju kesetaraan penuh masih perlu diperkuat.
Melalui FWIS, L’Oréal memberikan pendanaan riset, memperluas jejaring global, dan membuka akses bagi perempuan peneliti untuk menciptakan solusi nyata terhadap berbagai tantangan sosial, lingkungan, dan kesehatan.
“Penelitian dan inovasi adalah hal yang sangat mendasar bagi L’Oréal,” ungkap Benjamin Rachow, President Director L’Oréal Indonesia.
“Dengan tujuan menciptakan kecantikan yang menggerakkan dunia, kami percaya sains dapat memberikan makna dan dampak positif bagi kehidupan. Dunia membutuhkan sains, dan sains membutuhkan perempuan," sambungnya.
Selama lebih dari dua dekade kehadirannya, 79 perempuan peneliti Indonesia telah mendapat dukungan melalui FWIS.
Tahun ini, empat peneliti kembali terpilih sebagai penerima penghargaan FWIS 2025, masing-masing mendapatkan dukungan riset senilai Rp400 juta dan kesempatan berjejaring dengan komunitas perempuan ilmuwan global.
Kolaborasi dan Kebermanfaatan Jadi Sorotan FWIS 2025
Tahun ini, FWIS mencatat peningkatan luar biasa dengan jumlah partisipasi lebih dari dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
Dari ratusan proposal yang masuk dari berbagai universitas dan lembaga riset di Indonesia, 70% di antaranya berasal dari peneliti muda di bawah usia 40 tahun.
Sebagian besar penelitian berfokus pada potensi lokal, mulai dari tanaman asli bernilai tinggi hingga inovasi pengelolaan limbah berkelanjutan—yang menunjukkan semangat untuk menjadikan sains sebagai fondasi kemajuan bangsa.
Ketua Dewan Juri FWIS 2025, Prof. dr. Herawati Sudoyo, MD., Ph.D., menilai kolaborasi menjadi faktor kunci dalam penelitian.
“Tahun ini istimewa karena hampir 150 peneliti mendaftar, jumlah terbesar dalam lima tahun terakhir. Mereka datang dari berbagai wilayah, bahkan hingga Asia dan Eropa. Para penerima penghargaan tidak hanya menunjukkan kebermanfaatan bagi bangsa, tetapi juga potensi besar untuk kolaborasi, karena tanpa kolaborasi, penelitian hampir mustahil terealisasi,” terangnya.
Menegaskan pentingnya semangat kebersamaan, Melanie Masriel, Chief of Corporate Affairs, Engagement, and Sustainability PT L’Oréal Indonesia, mengatakan bahwa kolaborasi telah menjadi budaya dalam komunitas FWIS.
“Para alumni aktif membangun ruang diskusi, berbagi peluang, dan menjalin kemitraan lintas sektor. Interaksi seperti inilah yang melahirkan ide-ide baru dan menjadikan penelitian lebih aplikatif serta berdampak," ujar Melanie.
Baca Juga: L’Oréal Gaungkan Gerakan Refill untuk Masa Depan yang Lebih Berkelanjutan
Empat Perempuan Peneliti Peraih FWIS 2025
Empat peneliti perempuan Indonesia yang terpilih tahun ini menghadirkan riset dengan fokus pada solusi konkret dan inovatif bagi tantangan nyata bangsa, mereka diantaranya:
1. Dr. Maria Apriliani Gani – Institut Teknologi Bandung
Mengembangkan model seluler untuk terapi osteoporosis berbasis tanaman obat lokal, yang memungkinkan skrining obat tanpa animal testing, serta berpotensi memperkuat saintifikasi jamu dan meningkatkan kualitas hidup perempuan lanjut usia.
2. Dr.rer.nat. Lutviasari Nuraini – BRIN
Mengembangkan material implan luruh berbasis magnesium yang dapat terurai setelah tulang pulih.
Inovasi ini berpotensi mendukung kemandirian industri implan nasional sekaligus pemanfaatan sumber daya alam Indonesia.
3. Anak Agung Dewi Megawati, Ph.D. – Universitas Warmadewa
Meneliti terapi mRNA antivirus spektrum luas untuk penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, seperti demam berdarah.
Penelitian ini berpotensi menjadi terobosan besar dalam pengendalian penyakit infeksi tropis dan memperkuat kapasitas riset biomedis nasional.
4. Helen Julian, Ph.D. – Institut Teknologi Bandung
Mengembangkan teknologi pengolahan limbah kelapa sawit menjadi sumber daya bernilai tinggi menggunakan sistem terpadu Membrane Photobioreactor–Nanofiltration.
Riset ini mendukung prinsip ekonomi sirkular dan bio-based economy melalui pengelolaan limbah berkelanjutan.
Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN, H.E. Fabien Penone, turut menyampaikan apresiasinya.
“Prancis meyakini bahwa sains dan keberagaman berjalan beriringan. Melalui FWIS, L’Oréal dan UNESCO telah mendukung banyak perempuan muda untuk mewujudkan mimpi mereka di dunia sains, menembus batas, dan menjadi pemimpin di bidangnya,” tuturnya.
Ia juga menegaskan bahwa kesetaraan gender merupakan fondasi bagi masyarakat yang adil, berkelanjutan, dan inklusif.
Sebagai informasi, sejak awal, FWIS dirancang bukan hanya sebagai ajang apresiasi, tetapi juga platform pemberdayaan yang membuka akses kolaborasi dan mentoring lintas disiplin.
Dengan jaringan global yang kini mencakup lebih dari 4.700 ilmuwan perempuan di seluruh dunia, para peneliti Indonesia memiliki kesempatan untuk memperluas wawasan dan dampak ilmiahnya.
Para alumni FWIS juga telah menjadi mentor bagi lebih dari 1.400 peneliti muda, menciptakan efek berlipat dalam memperkuat masa depan sains Indonesia.
“Ke depan, FWIS akan terus menjadi ruang bagi perempuan peneliti untuk tumbuh, berjejaring, dan menginspirasi generasi berikutnya,” tutup Melanie Masriel.
Baca Juga: L’Oréal Indonesia Gaungkan Pentingnya Kesehatan Mental