Etos kerja Jepang terkenal di seluruh dunia, tetapi tidak semuanya tentang tunduk dan jam kerja yang panjang. Ada beberapa hal yang sangat bagus yang dapat ditiru oleh tempat kerja mana pun untuk meningkatkan kerja sama tim dan kebahagiaan.

Sikap orang Jepang terhadap pekerjaan berakar pada nilai-nilai rasa hormat, harmoni, dan kerja sama. Prinsip-prinsip ini membangun rasa kekeluargaan di antara para karyawan, memberi mereka perasaan bahwa mereka adalah bagian dari sebuah keluarga, bukan sekadar pasukan pekerja.

Dikutip dari Times of India, Jumat (21/2/2025), berikut adalah empat hal yang sangat menyenangkan dari budaya kerja Jepang yang harus ditiru oleh setiap organisasi.

1. Nemawashi: Membangun konsensus

Nemawashi berarti 'meletakkan dasar.' Praktik ini melibatkan perolehan persetujuan dari semua orang yang terlibat sebelum membuat proposal resmi.

Di Jepang, merupakan hal yang umum untuk berdiskusi dan mengumpulkan dukungan secara diam-diam untuk memastikan semua orang setuju dengan suatu keputusan sebelum diumumkan secara resmi. Dengan menggunakan Nemawashi, organisasi dapat menghindari konflik dan mempercepat peluncuran ide-ide baru.

Perusahaan yang mengikuti metode ini sering kali menghadapi lebih sedikit penundaan dalam proyek dan memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi saat melakukan perubahan.

Jika perusahaan ingin memperkenalkan perangkat lunak baru, mereka mungkin terlebih dahulu mengadakan rapat informal dengan berbagai departemen untuk mengumpulkan umpan balik dan membangun dukungan, memastikan semua orang merasa dilibatkan dalam proses tersebut.

Meskipun mungkin memerlukan lebih banyak waktu di awal, hal ini membantu menciptakan persatuan di antara anggota tim dan memberi mereka rasa kepemilikan atas keputusan.

Baca Juga: 7 Hal yang Dapat Ditiru dari Budaya Jepang Agar Hidup Lebih Sehat dan Gak Gampang Gemuk

2. Sistem Senpai-Kohai: Bimbingan dan transfer pengetahuan

Sistem Senpai-Kohai adalah struktur bimbingan di mana karyawan senior (Senpai) membimbing rekan kerja junior (Kohai). Hubungan ini penting untuk berbagi pengetahuan dan menjaga budaya tempat kerja.

Perusahaan dengan program Senpai-Kohai formal sering kali melihat orientasi yang lebih cepat bagi karyawan baru dan tingkat retensi yang lebih baik di antara staf junior. Seorang karyawan senior mungkin membimbing lulusan baru dengan berbagi wawasan tentang manajemen proyek dan keterampilan teknis, memastikan bahwa pengetahuan yang berharga diwariskan di dalam perusahaan.

Bimbingan sangat dihargai di tempat kerja Jepang, karena karyawan senior membimbing rekan kerja yang lebih muda dengan memberikan bimbingan dan dukungan.

3. Hourensou: Komunikasi yang efektif

Hourensou adalah akronim untuk tiga konsep utama: Houkoku yang berarti 'pelaporan,' Renraku yang berarti 'memberi tahu,' dan Soudanyang berarti 'konsultasi.' Kerangka komunikasi ini menyoroti perlunya transparansi dan pembaruan rutin di antara anggota tim.

Penerapan Hourensou mendorong cara berkomunikasi yang terorganisasi di mana staf merasa didengar dan dilibatkan. Laporan dan konsultasi rutin memastikan bahwa setiap orang menyadari apa yang terjadi dalam organisasi.

Misalnya, seorang manajer mungkin mengadakan rapat mingguan dengan timnya untuk membahas proyek yang sedang berlangsung, berbagi pembaruan, dan meminta masukan tentang tantangan apa pun yang mereka hadapi.

Komunikasi terbuka ini membangun kepercayaan dan membuat semua orang selaras dengan tujuan bersama. Kebiasaan ini tidak hanya meningkatkan kerja tim tetapi juga meningkatkan hubungan manajer-tim.

4. Nomikai: Bersosialisasi setelah bekerja

Nomikai secara harfiah berarti 'pesta minum' atau 'pesta.' Nomikai memainkan peran penting dalam budaya bisnis Jepang karena memberi karyawan kesempatan untuk bersantai dan saling mengenal di luar lingkungan tempat kerja resmi.

Biasanya, nomikai diselenggarakan setelah jam kerja, dan memberikan kesempatan bagi rekan kerja untuk merayakan keberhasilan atau merayakan anggota tim baru dalam lingkungan informal.

Meskipun acara semacam itu tampak informal, namun tetap merupakan elemen budaya perusahaan. Tradisi tertentu seputar nomikai termasuk menyajikan minuman kepada orang lain dan mempersilakan tempat duduk.

Sebelumnya, orang cenderung merasa tertekan untuk pergi meskipun mereka berpikir mereka lebih suka melakukan hal lain. Saat ini, beberapa kantor telah memasukkan kebiasaan nomikai agar lebih inklusif dalam mendorong kegiatan sosial lainnya bagi orang-orang yang tidak nyaman di lingkungan yang lebih tradisional. Misalnya, sebagai pengganti pesta minum-minum, sebuah organisasi dapat mengadakan acara membangun tim seperti bowling atau karaoke.

Baca Juga: Riset Sebut Pola Makan Orang Jepang Ini Dapat Menghentikan Pertumbuhan Sel Kanker, Seperti Apa?