Bagi penggemar buku Islami, sosok Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah tentunya sudah tak asing lagi didengar. Banyak buku karangannya yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan begitu laris di pasaran. 

Memiliki nama asli Muhammad bin Abi Bakar bin Ayyub bin Sa'd al-Zar'i al-Dimashqi bergelar Abu Abdullah Syamsuddin, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dikenal sebagai seorang cendekiawan muslim yang begitu luas wawasan keilmuannya. 

Ibnu Qayyim begitu mencintai ilmu dan pemikirannya perihal khazanah Islam begitu menakjubkan. Bukan hanya memiliki akal yang cerdas, akhlak yang dimiliki Ibnu Qayyim juga begitu menakjubkan.

Kecintaannya terhadap ilmu, dibuktikan dengan banyak buku ternama yang berhasil dikarangnya. Buku karangan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah ini begitu mendunia, bahkan karya tokoh salaf asal Suriah memenuhi rak-rak perpustakaan Islam di hampir seluruh dunia.

Berikut ini Olenka rangkum deretan buku Islami karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, seperti dikutip dari berbagai sumber, Kamis (18/1/2024).

1. Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin

Dalam edisi Indonesia, buku karangan Ibnu Qayyim ini dikenal dengan judul Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu. Dalam buku yang ditulisnya, murid Ibnu Taimiyah ini memandang, dari cinta seorang manusia bisa dilihat watak dan kelemahannya. Dari situ lah dapat dilihat, sebenarnya cinta yang muncul ditujukan untuk siapa.

“Cinta merupakan cerminan bagi seseorang yang sedang jatuh cinta untuk mengetahui watak dan kelemah-lembutan dirinya dalam citra kekasihnya. Karena sebenarnya, dia tidak jatuh cinta kecuali terhadap dirinya sendiri” (Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah).

Banyak perspektif mengenai cinta yang dituang oleh Ibnu Qayyim dalam bukunya ini. Bukan hanya membahas cinta antara dua insan manusia, melainkan ada banyak jenis cinta yang turut dibahas. Seperti cinta kepada harta yang mesti diungkapkan melalui usaha dan kerja yang halal.

Buku ini membahas bagaimana penempatan cinta dan cara mengungkapkannya di jalan yang semestinya, yakni sesuai dengan fitrah petunjuk-Nya dan mampu mengendalikan hawa nafsu. 

Baca Juga: Menulis Kitab Hingga Akhir Hayat, Ini Deretan Karya Besar Imam Nawawi Sang Ulama Besar Asal Suriah