Perjuangan perempuan di Indonesia untuk memperoleh akses pendidikan setara dengan laki-laki telah berlangsung sejak berabad-abad lalu. Tokoh seperti Raden Ajeng Kartini membuka jalan bagi lahirnya gerakan emansipasi yang menegaskan bahwa perempuan berhak menimba ilmu dan berperan aktif di masyarakat. Kini, semangat itu tidak pernah padam. Dari masa ke masa, lahir perempuan-perempuan inspiratif yang memperjuangkan pendidikan dalam berbagai bentuk. 

Mulai dari mendirikan sekolah, perpustakaan, gerakan sosial, hingga komunitas kreatif, perempuan-perempuan inspiratif ini berperan penting dalam kemajuan pendidikan Tanah Air. Berikut deretan tokoh perempuan yang telah mengubah wajah pendidikan Indonesia dan memberi inspirasi bagi generasi mendatang.

Raden Ajeng Kartini

Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara pada 21 April 1879 dan dikenal sebagai pelopor emansipasi perempuan di Indonesia. Ia memperjuangkan kesetaraan, khususnya hak perempuan pribumi untuk bersekolah pada masa kolonial Belanda. Kartini mendirikan Sekolah Wanita di Rembang sebagai bukti nyata kepeduliannya pada pendidikan kaum perempuan.

Baca Juga: Teknologi AI di Pendidikan Tinggi Perlu Diimbangi Perlindungan Privasi, Seperti Apa?

Pemikiran-pemikirannya tentang kebebasan, kesetaraan, dan pendidikan ia tuangkan dalam surat-surat yang kemudian dibukukan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang. Warisan pemikiran Kartini terus hidup, sehingga setiap 21 April bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini sebagai simbol perjuangan perempuan.

Dewi Sartika

Lahir di Bandung pada 4 Desember 1884, Dewi Sartika dikenal sebagai tokoh pendidikan perempuan dari Bumi Parahyangan. Ia mendirikan Sekolah Istri pada 1904, yang kemudian berkembang menjadi sekolah kejuruan untuk perempuan.

Sekolah yang dirintis Dewi Sartika mengajarkan keterampilan praktis seperti menjahit, merenda, menyulam, memasak, hingga mengasuh bayi. Tujuannya agar perempuan memiliki bekal hidup mandiri dan mampu mendukung pembangunan keluarga serta masyarakat. Atas jasanya, Dewi Sartika mendapat penghargaan sebagai pahlawan nasional.

Baca Juga: Deretan Perempuan Inspiratif Indonesia di Bidang Budaya

Ruhana Kuddus

Ruhana Kuddus lahir di Koto Gadang, Sumatera Barat, pada 20 Desember 1884. Ia merupakan jurnalis perempuan pertama di Indonesia dan tokoh yang memanfaatkan media sebagai sarana pendidikan.

Pada 1912, Ruhana mendirikan surat kabar Soenting Melajoe, media khusus perempuan yang berisi gagasan kritis tentang budaya patriarki, poligami, hingga pernikahan dini. Ia juga aktif mengelola sekolah dan surat kabar Perempoean Bergerak. Lewat tulisannya, Ruhana membuka wawasan kaum perempuan dan memperjuangkan hak mereka untuk setara di bidang pendidikan maupun sosial.

Butet Manurung

Saur Marlina Manurung, yang lebih dikenal sebagai Butet Manurung adalah sosok pendiri Sokola Rimba di Jambi. Sejak 1990-an, ia berjuang memberikan pendidikan baca-tulis-hitung kepada Suku Anak Dalam di pedalaman hutan.

Baca Juga: Retno LP Marsudi: Jadilah Perempuan yang Tidak Retak di Bawah Tekanan

Perjuangan Butet penuh tantangan, mulai dari penolakan masyarakat hingga ancaman pihak luar yang merampas lahan hutan. Namun kegigihannya membuahkan hasil. Pada 2004, ia dianugerahi “Heroes of Asia Award” oleh majalah Time. Kisah hidupnya juga dituangkan dalam buku Sokola Rimba yang kemudian difilmkan oleh Riri Riza. Hingga kini, Sokola Rimba terus berkembang membawa pendidikan ke komunitas adat di pelosok negeri.

Nila Tanzil

Mantan jurnalis televisi ini meninggalkan pekerjaannya untuk tinggal di Sumbawa. Dari sanalah ia mendirikan Taman Bacaan Pelangi, sebuah jaringan perpustakaan gratis untuk anak-anak. Ia memulai dengan 2.000 buku, lalu memperluas gerakan hingga kini memiliki lebih dari 30 taman bacaan di Flores, Maluku, Halmahera, hingga Papua.

Nila ingin memastikan anak-anak di pelosok memiliki akses terhadap buku bacaan. Kisah perjuangannya membangun taman bacaan ia tuangkan dalam buku Lembar-Lembar Pelangi, yang menjadi inspirasi bagi banyak orang tentang pentingnya literasi.

Veronica Colondam

Veronica Colondam adalah pendiri YCAB Foundation (Yayasan Cinta Anak Bangsa), sebuah organisasi yang fokus pada pengembangan generasi muda melalui pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi.

Baca Juga: Deretan Perempuan yang Lanjutkan Bisnis Sang Ayah

Program YCAB menggabungkan pendidikan dengan dukungan ekonomi, seperti pinjaman modal bagi orang tua agar anak-anak mereka bisa bersekolah. Hingga kini, YCAB telah membantu lebih dari 3,3 juta anak muda di Indonesia. Kiprah Veronica membuktikan bahwa pendidikan tidak bisa dipisahkan dari kesejahteraan keluarga.

Karina Nadila

Karina Nadila, Putri Indonesia Pariwisata 2017, aktif menjadi relawan di gerakan 1.000 Guru. Melalui program ini, ia bersama relawan lain mengajar anak-anak di pelosok negeri.

Pada 2017, Karina turun langsung ke pedalaman Oeki, Kolbano, NTT. Ia mengajar anak-anak sekolah dasar, bermain bersama mereka, dan memberikan inspirasi. Keterlibatannya menunjukkan bahwa figur publik juga dapat berkontribusi nyata dalam dunia pendidikan.