Vaksinasi HPV (Human Papillomavirus) melindungi terhadap infeksi yang menyebabkan kanker serviks, anus, tenggorokan, dan kanker lainnya, serta kutil kelamin. Vaksin ini paling efektif bila diberikan sebelum terpapar virus, biasanya pada praremaja berusia 11–12 tahun, meskipun dapat diberikan hingga usia 45 tahun.
Vaksin ini merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengembangkan perlindungan jangka panjang terhadap jenis HPV berisiko tinggi. Aman dan efektif, vaksin ini secara signifikan mengurangi risiko penyakit terkait HPV.
Vaksinasi yang meluas tidak hanya melindungi individu tetapi juga mengurangi prevalensi infeksi HPV secara keseluruhan, yang berkontribusi pada kekebalan tingkat komunitas dan pencegahan kanker dalam skala yang lebih besar.
Meskipun memiliki banyak manfaat, beberapa kesalahpahaman tentang vaksin HPV ini masih ada. Karenanya, penting bagi kita untuk mengetahui fakta tentang vaksin ini.
Dan, berikut 11 mitos umum tentang vaksin HPV, dan sains yang mematahkan mitos tersebut.
Mitos #1: Vaksinasi HPV meningkatkan perilaku seksual berisiko dan pergaulan bebas
Kemungkinan disinhibisi seksual pada remaja adalah kekeliruan yang terus muncul tentang vaksinasi HPV. Kekhawatiran orang tua tentang potensi pergaulan bebas dan peningkatan perilaku seksual berisiko dapat mengakibatkan tingkat imunisasi yang lebih rendah pada usia yang lebih muda.
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang divaksinasi memiliki perilaku seksual yang lebih aman daripada orang yang tidak divaksinasi.
Mitos #2: Tidak perlu memvaksinasi anak sebelum mereka aktif secara seksual
Vaksinasi paling efektif bila diberikan sebelum aktivitas seksual dimulai. Namun, usia kontak seksual pertama bervariasi di antara setiap orang, tergantung pada negara dan budaya mereka.
Meskipun merupakan penyakit menular seksual yang paling umum, HPV dapat menyebar secara non-seksual melalui pakaian bersama, fomite, dan penularan horizontal maupun vertikal. Seperti vaksin lainnya, vaksin ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan jangka panjang dan tidak boleh diberikan di dekat potensi infeksi.
Jika vaksinasi diberikan lebih awal, dosis yang perlu diberikan lebih sedikit. Anak-anak harus menerima dua dosis untuk cakupan yang lebih baik dan efektivitas biaya.
Mitos #3: Setelah hubungan seksual pertama, vaksin tidak lagi berfungsi
Vaksin telah terbukti menawarkan perlindungan substansial di kalangan wanita muda terlepas dari paparan HPV sebelumnya terhadap prakanker serviks dibandingkan dengan wanita yang belum pernah terkena HPV, yang perlindungannya sangat baik.
Namun, pada wanita yang divaksinasi pada usia yang lebih tua (25 tahun ke atas), perlindungan pada tingkat populasi rendah.
Mitos #4: Pap smear dan pemeriksaan tahunan tetap diperlukan, jadi tidak perlu vaksinasi
PAP smear adalah modalitas skrining. Pap smear hanya ditujukan untuk kanker serviks dan tidak semua penyakit terkait HPV. Selain mendeteksi lesi sejak dini, tujuannya termasuk menghilangkan kemungkinan berkembangnya lesi tersebut sama sekali.
Vaksin HPV membantu pencegahan primer lesi prakanker serviks. Selain itu, vaksin ini juga dapat mencegah keganasan terkait HPV lainnya seperti kanker vagina, vulva, anus, penis, atau orofaring yang tidak dapat dicegah melalui deteksi dan pengobatan pada stadium prakanker.
Mitos #5: Anda tidak dapat menerima vaksin HPV jika pernah atau sedang terinfeksi
Vaksin ini efektif terhadap banyak jenis virus. Vaksin ini tetap dapat melindungi Anda dari infeksi jenis virus lain, terutama yang terkait dengan kanker serviks.
Baca Juga: Dokter Ahli Ingatkan soal Pentingnya Vaksinasi MMR Sebelum Menikah atau Bepergian