Di samping itu, content creator Oslo Ibrahim menjelaskan, istilah ‘jam koma’ merujuk pada kondisi seseorang ketika merasa sangat overwhelmed dan pikiran yang terasa overuse, sehingga melakukan hal-hal yang tidak sadar dilakukan.

Dari kacamata Oslo, ciri-ciri seseorang yang terkena ‘jam koma adalah pandangan yang kosong, apalagi ketika saat diajak berbicara; sering typo atau salah ketik, padahal sebelumnya selalu mengetik dengan rapi; typo saat berbicara atau belibet kata; tiba-tiba tidak nyambung saat diajak berbicara; dan melamun tanpa memikirkan apapun.

Walaupun 'jam koma' terdengar seperti istilah yang berhubungan dengan dunia medis, sebenarnya istilah ini tidak digunakan dalam konteks tersebut. 'Jam koma' lebih merujuk pada istilah yang menggambarkan kelelahan fisik dan mental yang dirasakan seseorang setelah menjalani hari yang padat, yang sering kali disertai dengan kurangnya konsentrasi atau fokus. 

Baca Juga: Benarkah Gen Z Lebih Rentan Alami Gangguan Kesehatan Mental? Ini Kata Psikolog

Istilah ini mencerminkan tantangan banyak orang dalam mengatur keseimbangan antara aktivitas harian dan kebutuhan untuk beristirahat, sehingga sulit untuk menikmati waktu istirahat secara efektif.

Sebagai pekerja dengan aktivitas dan setumpuk pekerjaan yang padat, memaksimalkan istirahat harian memang tidak mudah dilakukan. Namun, memiliki waktu untuk tidur siang di sela-sela istirahat kerja, bisa memberikan banyak manfaat bagi produktivitas dan kesehatan kita. 

Meski hanya 15-20 menit, tidur siang dapat membantu menyegarkan pikiran, meningkatkan konsentrasi, dan mengurangi stres. Selain itu, tidur siang juga dapat meningkatkan mood dan kinerja secara keseluruhan.

Sebagaimana yang diungkap dalam penelitian yang diterbitkan Journal of Sleep Research, tidur siang tepat waktu, mampu menghindarkan orang dari pengambilan keputusan yang keliru. Tidur siang–meski sebentar tapi berkualitas–juga bisa memulihkan badan dari kelelahan, sehingga jadi lebih produktif bekerja.

Semoga bermanfaat!