Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi kembali membetot perhatian publik dengan gebarakan yang terbilang berani, KDM sapaan Dedi Mulyadi memutuskan menutup sejumlah tambang di Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Rumpin dan Parungpanjang.
Keputusan KDM menyetop operasional tambang itu langsung diprotes keras masyarakat yang terlibat dalam usaha tambang tersebut. KDM sadar betul dirinya bakal diprotes lantaran penutupan tambang -tambang itu berimbas pada ribuan pekerja yang selama ini menggantungkan hidup pada pekerjaan tersebut. Namun dengan penuh keberanian itu tetap menutup tambang-tambang itu dan bersedia menanggung risikonya.
Baca Juga: Sosok dan Perjalanan Karier Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi
Dampak sosial dan sederet efek negatif dari kegiatan pertambangan itu menjadi alasan utama KDM memilih menghentikan operasi tambang itu. Dia mengatakan tambang yang sudah beroperasi bertahun-tahun itu membawa dampak buruk bagi masyarakat lain karena kerusakan jalan akibat aktivitas truk tambang, debu beterbangan yang mengganggu kesehatan masyarakat hingga kecelakaan lalu lintas yang merenggut banyak nyawa.
"Tambang ini sudah melahirkan banyak sekali orang-orang kaya, telah melahirkan properti-properti mewah di berbagai tempat. Pasti sudah banyak keuntungan yang diraih," kata KDM dilansir Olenka.id Senin (13/10/2024).
"Tetapi biasa kalau giliran ada kebijakan gubernur yang mengembalikan kembali ketenangan hidup warga, agar bisa menikmati jalan dengan baik, terbebas dari debu, terbebas dari kebisingan, terhindar dari berbagai kecelakaan yang ditimbulkan karena angkutan yang besar-besar, pasti maju yang paling depan adalah rakyat yang paling bawah. Nanti berhadapan dengan rakyat yang paling bawah," tambahnya.
Dalam kesempatan yang berbeda KDM mengaku tak masalah jika kebijakannya itu ditentang keras masyarakat yang terdampak, dia memastikan kebijakan itu ia ambil untuk kepentingan bersama. Dia mengaku sama sekali tak keberatan kalau penutupan tambang itu membuat dirinya dibenci.
"Boleh ngambek terus, saya engga apa-apa, dibenci, saya engga ada masalah. Yang penting saya berguna bagi kepentingan orang banyak," ujarnya.
Solusi Bagi Warga Terdampak
Penutupan tambang di sejumlah kawasan Jawa Barat berdampak langsung pada ribuan pekerja, mereka mendadak kehilangan mata pencaharian serta pendapatan. Pemprov Jawa Barat sudah menyiapkan sejumlah skema untuk menuntaskan masalah tersebut.
Salah satu solusinya adalah memberi bantuan uang tunai kepada karyawan tambang yang terdampak. Tak hanya uang tunai, Pemprov Jawa Barat kata KDM juga menyalurkan bantuan lain s seperti paket bahan pokok dan biaya untuk kebutuhan sekolah anak.
“Pertama, memberikan bantuan selama penutupan per bulan Rp2-3 juta per karyawan atau per kepala keluarga,” kata KDM.
Pilihan solusi yang kedua, pemerintah juga sedang menyiapkan pekerjaan bagi mereka yang biasanya bekerja sebagai kuli di sektor tambang. Mereka akan diserap untuk menjadi tenaga kebersihan di Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Jawa Barat.
“Misalnya jalan di sekitar Parungpanjang nanti tenaga kebersihannya kami akan rekrut, dengan gaji UMK (Upah Minimum Kabupaten),” jelasnya.
Tidak hanya itu, KDM juga mengatakan, pemerintah menyiapkan pekerjaan bagi tenaga sopir dan operator alat berat untuk bekerja di Dinas PU, PSDA, dan Lingkungan Hidup.
Selanjutnya, pemerintah juga akan memfasilitasi pelatihan menjadi operator tenaga pemadam kebakaran yang akan disebar di wilayah Jawa Barat.
KDM pun meminta warga yang terdampak akibat penutupan sementara tambang Parungpanjang dan sekitarnya untuk bersabar. Hal itu karena pemerintah sedang bergerak cepat untuk merealisasikan seluruh opsi solusi ini.
“Karena itu, saya meminta semua pihak untuk bersabar. Dalam waktu satu minggu ke depan, kami akan mulai bergerak merealisasikan berbagai kebutuhan yang telah direncanakan,” ucapnya.
Dampak Ekologi, Ekonomi, dan Sosial
Setiap keputusan pasti punya dampak yang beragam, begitu juga dengan kebijakan KDM yang memilih menyudahi aktivitas pertambangan di kawasan Jawa Barat. Dampak pertama yang paling nyata adalah hilangnya pekerjaaan yang menyasar ribuan orang karyawan tetapi disisi lain kebijakan itu juga menjadi angin segar bagi masyarakat sekitar daerah tambang yang selama merasakan sederet efek negatif dari kegiatan pertambangan tersebut.
Baca Juga: Perjuangan dan Dedikasi Tahir untuk Keluarga Riady: Saya Rela Mati Demi Ayah Mertua
Pakar pemulihan ekosistem Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ika Heriansyah juga mengakui bahwa kebijakan penutupan tambang itu punya dampak baik dan buruk jika ditinjau dari aspek ekologi, ekonomi, dan sosial.
“Pandangan saya ini berdasarkan informasi terbaru dari bulan September hingga Oktober 2025,” ucap Ika.
Dari aspek ekologi kata Ika ada sejumlah keuntungan yang didapat dari kebijakan tersebut, salah satu keuntungan paling nyata adalah mengurangi kerusakan lingkungan seperti erosi tanah, pencemaran air, dan hilangnya habitat alami yang selama ini terjadi akibat kegiatan tambang ilegal.
Tak hanya itu penutupan tambang-tambang tersebut kata dia juga berimbas pada penurunan polusi udara. Udara sekitar kawasan tambang menjadi lebih bersih karena berkurangnya debu dan aktivitas tambang dan kendaraan berat.
"Sementara kerugian dari aspek ekologi itu tidak ada kerugian langsung dari aspek ini, justru penutupan ini untuk memulihkan kondisi lingkungan yang rusak akibat tambang ilegal," tuturnya.
Apabila ditinjau dari aspek ekonomi, penutupan tambang ini juga membawa sederet manfaat menguntungkan, penyetopan operasi tambang itu lanjut Ika dapat mencegah kerugian ekonomi jangka panjang yang disebabkan perusakan infrastruktur jalan dan jembatan yang mahal untuk diperbaiki. Tak hanya itu kebijakan itu juga turut menjaga kelestarian lingkungan yang menjadi sumber penghidupan berkelanjutan bagi masyarakat.
Di sisi lain, kebijakan ini juga membawa dampak buruk yang merugikan masyarakat yang selama ini menggantungkan hidup pada pekerjaan ini. Mereka jelas mengalami kesulitan ekonomi dan kehilangan mata pencaharian sementara. Tak hanya itu, kerugian lainnya adalah proyek-proyek infrastruktur lokal terganggu karena kesulitan mendapat bahan baku material tambang, yang juga menyebabkan kenaikan harga material.
"Sementara dari pandangan aspek sosial, keuntungannya itu meliputi: mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh kendaraan tambang berat yang selama ini terjadi, sehingga menurunkan angka kecelakaan dan korban jiwa dan memberikan kenyamanan kepada warga sekitar dari polusi dan kerumunan kendaraan tambang," ucapnya.
"Untuk kerugian dari aspek sosial adalah munculnya konflik sosial akibat penutupan ini karena ketergantungan masyarakat pada aktivitas tambang ilegal sebagai sumber pendapatan. Ditambah lagi beberapa warga merasa keberatan karena kehilangan pekerjaan tanpa adanya solusi pengganti yang memadai," pungkasnya.