Indonesia diyakini memegang peranan kunci dalam lanskap transisi energi ke depan karena kaya akan sumber daya alam yang melimpah. Oleh karena itu, PT Tripatra Engineers and Constructors (Tripatra) terus berkomitmen mendukung pemerintah dalam upaya mendorong percepatan transisi energi nasional; mencapai target net zero emissions tahun 2060.
Salah satu solusi yang dapat diandalkan dalam menghadapi perubahan iklim dan krisis energi global adalah pengembangan biofuel, sebuah alternatif bahan bakar yang berasal dari sumber daya hayati. Biofuel tidak hanya memberikan manfaat lingkungan dengan emisi karbon yang lebih rendah, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru, terutama dalam sektor pertanian.
Baca Juga: 5 Tahun Kepemimpinan Erick Thohir, PLN EPI Torehkan Transisi Energi Hijau
"Tripatra memasuki fase yang baru dengan tidak lagi hanya sebagai penonton, tetapi juga sebagai pemeran dalam percepatan transisi energi di Indonesia. Dengan core capability yang kuat di bidang engineering, Tripatra saat ini lebih dikenal sebagai engineering company yang andal. Keahlian ini menjadi fondasi utama kami dalam memberikan solusi terintegrasi untuk berbagai proyek dengan skala yang beragam, termasuk inisiatif-inisiatif strategis di sektor energi terbarukan," ucap Finance and Commercial Director TRIPATRA, Benny Joesoep, saat memberi sambutan dalam Tripatra Media Forum 2024 bertajuk "Menuju Era Baru Energi Bersih: Biofuel dan Transisi Energi", di Jakarta, Senin (30/9/2024).
Pakar Bioenergi Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja, mengatakan bahwa biomassa adalah satu-satunya sumber energi terbarukan yang berkarakter bahan bakar. Oleh karena itu, pemanfaatan bioenergi dan bahan bakar nabati (BBN) adalah jembatan kritikal transisi sektor energi dari sumber daya energi fosil ke sumber daya energi terbarukan atau nir-karbon.
"Indonesia sebagai negara pemilik kekayaan spesies flora yang luar biasa dinilai akan menjadi negara yang menguasai bahan bakar nabati (BBN) dalam beberapa tahun ke depan, salah satunya biofuel. Perekonomian berbasis nabati (bio-based economy atau bioekonomi) dipandang akan sangat mendukung tercapainya 11 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals, SDGs) yang sudah disepakati dunia pada tahun 2015 di Paris," terangnya.
Dr. Tatang menjelaskan, biofuel merupakan bahan bakar baik padatan, cairan, ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan nabati. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik, atau pertanian. Biofuel juga dapat dihasilkan dari tanaman nonpangan, limbah pertanian, dan residu yang tidak dapat dikonsumsi manusia dengan menggunakan teknologi maju.
"Tidak seperti bahan lain yang tak terbaharui, biofuel dapat diproduksi terus-menerus karena kita selalu dapat menanam lebih banyak tanaman untuk menjadi bahan bakar. Bahan baku nabati seperti minyak kelapa sawit dapat digunakan untuk menghasilkan biofuel melalui metode konvensional dan lanjutan tergantung dari keadaannya. Apalagi, minyak kelapa sawit yang memiliki hasil panen tertinggi di antara tanaman nabati lainnya diyakini menjadi bahan baku paling ekonomis untuk biodiesel. Siklus hidup pohon kelapa sawit 30 tahun, berarti nilai penyerapan karbon yang dilepaskan ke atmosfer tinggi," katanya.
Pengembangan biofuel di Indonesia membuka peluang besar untuk inovasi dalam infrastruktur, penguatan regulasi, dan pemanfaatan bahan baku yang berkelanjutan. Dengan memanfaatkan potensi biofuel, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan sekaligus meningkatkan ketahanan energi nasional. Untuk mewujudkan potensi ini, diperlukan kolaborasi erat antara pemerintah, industri, dan akademisi agar pengembangan ekosistem biofuel dapat dilakukan secara optimal sebagai bagian dari transisi energi nasional.
Green Energy Development Director Tripatra, Ananto Wardono, menjelaskan bahwa pihaknya telah menginvestasikan sumber daya yang signifikan untuk mengembangkan teknologi dan infrastruktur yang diperlukan dalam ekosistem biofuel, salah satunya dalam memproduksi biofuel generasi kedua secara massal. Biofuel generasi kedua merupakan jenis bahan bakar nabati yang dihasilkan dari proses pengolahan bahan baku yang lebih kompleks dibandingkan dengan biofuel generasi pertama.
"Jika biofuel generasi pertama umumnya menggunakan bahan pangan, biofuel generasi kedua memanfaatkan bahan baku nonpangan, seperti limbah pertanian, biomassa lignocellulose (kayu, serbuk gergaji), dan alga. Melalui berbagai inisiatif yang telah dilakukan, Tripatra tidak hanya berkontribusi pada upaya transisi energi di Indonesia, tetapi juga membuka peluang bisnis baru dan menciptakan nilai tambah bagi masyarakat," jelasnya.
Dengan pengalaman yang luas lebih dari 50 tahun dalam proyek energi, menurut Ananto, Tripatra kini berperan aktif dalam pengembangan biofuel, termasuk membangun fasilitas pabrik produksi dan distribusi. Tripatra percaya bahwa penguatan industri biofuel nasional adalah kunci untuk mencapai ketahanan energi dan keberlanjutan lingkungan jangka panjang.