Social Quotient, sebuah entitas berbasis teknologi yang berfokus pada pelaporan sentimen media sosial, menangkap adanya sentimen positif masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Temuan utama dari analisis mendalam terhadap lebih dari 1,73 juta percakapan daring yang berlangsung pada periode 1 September hingga 30 November 2025 memperlihatkan potret optimisme kolektif yang dibarengi sikap kehati-hatian dengan kepercayaan terhadap masa depan Indonesia berjalan beriringan dengan kekhawatiran atas sejumlah persoalan struktural yang mengakar.
Direktur Social Quotient, Manbir Chyle, menjelaskan, analisis yang bersumber dari berbagai platform, mulai dari X, Facebook, Instagram, hingga TikTok, menunjukkan bahwa mayoritas warganet memandang posisi Indonesia secara positif dalam lanskap global. Keyakinan bahwa Indonesia berpotensi menjadi kekuatan ekonomi dunia setelah Amerika Serikat dan Tiongkok kerap mengemuka, didorong oleh kesadaran akan kekayaan sumber daya alam, letak geografis yang strategis, serta bonus demografi berupa angkatan kerja muda yang produktif. Sentimen positif ini menguat pascakunjungan kerja Presiden Prabowo Subianto ke Kanada dan Brasil, yang dipersepsikan publik sebagai langkah konkret membuka peluang kemitraan ekonomi baru.
Baca Juga: Meneropong Kans Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Dunia Tahun 2026 dalam Kacamata Bank Indonesia
Figur Menteri Keuangan Purbaya Yudhi turut muncul sebagai salah satu pemicu optimisme. Gaya komunikasinya yang lugas serta kebijakan pro-rakyat mendapat respons positif, termasuk dukungan terhadap keputusan pemerintah mengucurkan Rp200 triliun ke perbankan BUMN guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Warganet juga menilai pendekatannya yang menekankan penguatan fundamental ekonomi sebelum agresif menarik investasi asing sebagai langkah yang realistis dan berkelanjutan.
"Namun demikian, di balik optimisme tersebut, analisis Social Quotient juga mengidentifikasi tiga isu kekhawatiran utama yang konsisten muncul dan berpotensi menghambat laju transformasi dan akselerasi ekonomi. Pertama, persoalan kerusakan lingkungan dan bencana alam, seperti banjir dan longsor di Sumatera, memicu kritik tajam terhadap model pembangunan yang dinilai mengabaikan keberlanjutan ekologis. Hal ini menandakan meningkatnya kesadaran publik akan pentingnya pertumbuhan yang hijau dan inklusif," terang Manbir dalam Big Alpha Business Summit 2025, forum bisnis yang digelar oleh Big Alpha dan didukung oleh Social Quotient pada Jumat (19/12) di Jakarta.
Kedua, kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah SPBU swasta sejak Agustus lalu tidak hanya dirasakan sebagai gangguan operasional, tetapi juga memunculkan persepsi risiko sistemik. Warganet menilai ketidakpastian pasokan energi berpotensi menjadi sinyal negatif bagi investor asing yang menuntut stabilitas dan kepastian usaha.
Ketiga, isu ketenagakerjaan menjadi titik paling sensitif dalam percakapan publik. Kekhawatiran terhadap tingginya ketergantungan pada sektor informal dan UMKM yang dinilai rentan, serta maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah sektor, memicu kecemasan sosial. Desakan untuk meninjau ulang kebijakan upah minimum pun menguat sebagai bagian dari harapan peningkatan kesejahteraan pekerja.
Temuan ini menyampaikan pesan jelas bagi seluruh pemangku kepentingan, pemerintah, pelaku usaha, maupun investor, bahwa target pertumbuhan ekonomi 8% bukan semata persoalan angka makro, melainkan kemampuan menjawab kegelisahan mikro di tingkat masyarakat. Transformasi dan akselerasi hanya akan bermakna jika mampu menyentuh persoalan nyata, mulai dari keamanan energi, penciptaan lapangan kerja berkualitas, hingga pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Manbir pun menegaskan pentingnya social listening dalam proses perumusan kebijakan. “Data ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan harapan dan kegelisahan 277 juta jiwa. Mendorong mesin pertumbuhan ekonomi tanpa mendengarkan suara publik ibarat membangun menara tinggi tanpa pondasi yang kokoh. Social listening menjadi alat penting untuk merumuskan kebijakan yang empatik, responsif, dan tepat sasaran," tandasnya.