Investasi pada Keamanan Siber

Secara keseluruhan, para pengambil keputusan TI di wilayah Asia Pasifik sering menghadapi insiden keamanan terkait cloud, dengan 64% mengonfirmasi setidaknya satu insiden serupa dalam 12 bulan terakhir, sementara 62% melaporkan setidaknya satu pelanggaran keamanan terkait edge pada periode yang sama. Indonesia secara khusus terkena dampak dengan 31% responden melaporkan lima atau lebih insiden terkait edge.

Untuk mengurangi ancaman ini, para pemimpin TI Indonesia sangat bergantung pada langkah-langkah keamanan seperti solusi Cloud (CPSM, CWPP, atau CNAPP) yang diadopsi secara luas oleh 59% responden — lebih tinggi dari rata-rata Asia Pasifik. Praktik umum lainnya termasuk otomatisasi keamanan (53%) dan perlindungan DoS atau DDoS (47%).

Baca Juga: NCC 2024: Huawei Dorong Resiliensi Keamanan Siber Menuju Indonesia Digital 2045

Para pengambil keputusan TI di Asia Pasifik mengalokasikan sebagian besar anggaran mereka untuk keamanan cloud-native dengan rata-rata sebesar 30,9%. Indonesia memimpin dalam hal ini, mendedikasikan 42,5% anggaran TI mereka untuk keamanan cloud, melampaui negara-negara seperti Singapura (34,2%) dan negara-negara lain di kawasan tersebut.

Serangan Ransomware Jadi Perhatian Utama Keamanan Cloud

Serangan ransomware diakui sebagai masalah keamanan utama oleh 34% profesional TI Asia Pasifik, dengan beragam kekhawatiran di berbagai pasar. Di Indonesia, kekhawatiran keamanan yang paling utama adalah kurangnya visibilitas dan kontrol terhadap data sensitif yang diakses di cloud, yang telah disebutkan oleh 35% responden. Hal ini diikuti oleh kekhawatiran pada serangan ransomware dan kerentanan zero-day, keduanya menjadi sorotan bagi 33% responden.

Selain itu, pemangku kepentingan TI Indonesia menghadapi tantangan khusus dalam mengelola dan mengamankan data di edge. Permasalahan yang paling mendesak adalah memastikan privasi data dan kepatuhan terhadap peraturan (41%), mengelola dan memelihara perangkat dan infrastruktur edge (39%), serta menerapkan mekanisme keamanan otomatis (37%).

Hasil laporan tren ini mengungkapkan tantangan keamanan yang unik dan berbeda yang dihadapi oleh negara-negara Asia Pasifik dalam adopsi teknologi cloud dan edge, termasuk ancaman dari serangan ransomware, masalah privasi dan data yang terkait dengan AI generatif, dan serangan siber yang didukung AI.