Aktivis sekaligus cendekiawan, Yudi Latif, menekankan pentingnya perhatian serius terhadap kesejahteraan dan kualitas guru di Indonesia. Menurutnya, guru adalah aktor utama dalam pendidikan karena merekalah yang berhadapan langsung dengan murid, melaksanakan kurikulum, serta membentuk karakter generasi muda bangsa.

Ia menilai selama ini pendidikan di Indonesia cenderung berganti arah setiap kali rezim berganti, dengan perubahan kurikulum, slogan, hingga istilah. Namun, inti persoalannya belum terselesaikan.

Baca Juga: Guru Sekolah Rakyat Ramai-ramai Mengundurkan Diri

“Apapun kurikulum kita ubah, kalau mutu gurunya tetap tidak memadai, itu cuma semua di atas kertas, hanya penghamburan dana saja,” kata Yudi.

Bagi Yudi, guru merupakan living curriculum atau kurikulum yang hidup. Ia mengibaratkan peran guru seperti seorang juru ukir.

“Kalau tukang ukir kayu saja perlu kecakapan, apalagi mengukir jiwa manusia. Guru kuncinya,” tegasnya.

Baca Juga: Anggaran Pendidikan Tembus Rp724,3 T, tapi Gaji Guru dan Dosen Tetap Kecil, Begini Kata Sri Mulyani

Untuk menggambarkan pentingnya mutu guru, Yudi mencontohkan sistem pendidikan di Finlandia. Di negara itu, profesi guru memiliki status sosial yang sangat dihormati bahkan lebih tinggi daripada dosen perguruan tinggi. Selain itu, mereka juga memperoleh insentif dan kesejahteraan yang memadai.

“Kenapa mutu guru di sana berkualitas? Pertama penghargaan masyarakat terhadap status guru sangat tinggi. Seiring dengan penghargaan itu juga diberikan insentif yang memadai,” jelasnya.

Karena penghargaan dan dukungan tersebut, guru di Finlandia mampu sepenuhnya mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk menyiapkan bahan ajar yang baik. Sebaliknya, menurut Yudi, guru di Indonesia sulit mengajar dengan optimal apabila kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi.

Baca Juga: Insentif Guru Agama Terimbas Efisiensi Anggaran

Dengan mandat anggaran pendidikan 20 persen dari APBN dan APBD, Yudi menegaskan agar prioritas utama difokuskan pada perbaikan kesejahteraan dan peningkatan mutu guru.

“Dengan mandat bahwa anggaran pendidikan kita 20 persen, pertama-tama justru bagaimana kesejahteraan dan kualitas guru itu harus dijamin,” ujarnya.