Kondisi Muara Gembong selama beberapa tahun terakhir memprihatinkan akibat berkurangnya hutan mangrove. Hilangnya vegetasi pesisir tersebut mengakibatkan intrusi air laut ke pemukiman warga, kerusakan tambak, dan terganggunya mata pencaharian masyarakat setempat.
Merespons kondisi tersebut, dengan semangat “Dari Kita Untuk Alam”, sebanyak 5.000 bibit mangrove ditanam di kawasan Muara Beting, Muara Gembong, sebagai upaya pemulihan ekosistem pesisir.
Gerakan ini dipelopori oleh PT Bank CCB Indonesia Tbk sebagai donatur utama, didukung oleh Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) Angkatan 1985 sebagai donatur pendamping, serta Yayasan Indonesia Hijau sebagai mitra pelaksana.
Direktur Bank CCB Indonesia, Agresius R. Kadiaman, menegaskan bahwa langkah ini adalah bentuk komitmen Bank terhadap keberlanjutan lingkungan. “Kami ingin memberi kontribusi yang nyata bagi masyarakat dan pelestarian alam. Mangrove adalah investasi bagi masa depan” ujarnya.
Dukungan Alumni FEUI 1985 menambah kekuatan kolaborasi ini, dengan kehadiran para alumni di lapangan yang menjadi teladan kepedulian.
Ketua Yayasan Indonesia Hijau, Arifin Adib, memimpin langsung jalannya kegiatan di lapangan. Memperhatikan ratusan warga yang tinggal di Muara Gembong, ia memahami betul bahwa keberhasilan program ini bergantung pada keterlibatan warga.
“Kami tidak hanya menanam, tapi akan memastikan mangrove ini tumbuh dan memberi manfaat bagi semua,” ungkapnya.
Selain itu, di balik kelancaran kegiatan, ada peran pecinta lingkungan, relawan, warga, dan Founder Gabungan Tutorial & Collaborator (Gabut & Co.) yang menjadi jembatan komunikasi antara sponsor, mitra pelaksana, dan warga.
“Tugas kami memastikan semua pihak saling terhubung, sehingga program berjalan lancar dan berkelanjutan,” tambahnya singkat.
Rangkaian kegiatan dimulai pukul 09.00 di Balai Desa Pantai Bahagia dengan penyambutan tamu, doa bersama, dan penyerahan piagam penghargaan kepada sponsor. Perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Bimaspol Muara Gembong turut hadir, memperkuat dukungan dari pihak pemerintah.
Setelah menempuh perjalanan darat sekitar 2,5 jam dari Jakarta, peserta kemudian menempuh perjalanan dengan empat kapal menuju lokasi penanaman di Muara Beting. Mengenakan atribut dari Yayasan Indonesia Hijau, mereka menanam bibit secara bergantian di lahan berlumpur.
Usai penanaman, semua kembali ke titik kumpul untuk membersihkan diri dan menikmati makan siang bersama. Momen ini menjadi ruang bagi sponsor, mitra, relawan, dan warga untuk berbagi cerita, rencana, dan harapan.
Monitoring terhadap bibit mangrove akan dilakukan selama satu tahun penuh oleh Yayasan Indonesia Hijau bersama partnership Gabut & Co. dan komunitas pecinta lingkungan. Upaya ini memastikan bahwa setiap bibit yang ditanam memiliki peluang tumbuh optimal.