SUN Energy terus memperkuat perannya dalam menghadirkan solusi terintegrasi untuk mendorong percepatan penerapan Standar Industri Hijau (SIH) dan memperkuat daya saing industri nasional. Hal itu selaras dengan kebijakan Pemerintah Indonesia yang melalui Kementerian Perindustrian terus mendorong penerapan SIH sebagai instrumen utama transformasi industri.
SIH tidak hanya mengatur aspek efisiensi energi dan pengurangan emisi, tetapi juga mencakup pengelolaan sumber daya, produktivitas, serta keberlanjutan rantai pasok industri. Hingga saat ini, lebih dari 150 perusahaan di Indonesia telah memperoleh sertifikasi SIH dan diperkirakan terus meningkat.
Baca Juga: Klaim Bahlil: Stok Energi Nasional Selama Nataru Aman
“Dekarbonisasi sektor industri merupakan prasyarat utama untuk mencapai target emisi nol bersih pada 2050, mengingat besarnya kontribusi emisi dari aktivitas industri. Melalui pembentukan ekosistem industri hijau, yang didukung oleh ketersediaan energi dan teknologi rendah karbon, mekanisme pendanaan yang inklusif, serta kebijakan dan regulasi yang terintegrasi, pemerintah mendorong transformasi industri agar lebih efisien, berdaya saing, dan selaras dengan tuntutan pasar global menuju ekonomi rendah karbon," ujar Sri Gadis Pari Bekti, Ketua Tim Dekarbonisasi Industri, Pusat Industri Hijau Kementerian Perindustrian, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (29/12/2025).
Dalam implementasi SIH, pemanfaatan energi terbarukan, khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), menjadi salah satu langkah paling konkret dan terukur. Energi surya dinilai strategis karena dapat langsung menurunkan emisi, meningkatkan efisiensi biaya energi, serta meningkatkan ketahanan pasokan listrik industri. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), kapasitas terpasang PLTS Atap secara nasional telah mencapai 495 MW per Juni 2025.
Hingga 2025, SUN Energy telah mengoperasikan lebih dari 300 proyek PLTS di Indonesia dengan total kapasitas terpasang lebih dari 240 MW, tersebar di lebih dari 50 sektor industri. Proyek-proyek ini secara estimasi menghasilkan 322,3 juta kWh listrik bersih per tahun, serta berkontribusi menurunkan emisi karbon hingga 250,8 juta kg CO₂e per tahun.
Pertumbuhan kapasitas PLTS industri pada pelanggan SUN Energy tercatat paling signifikan di lima sektor utama, yaitu semen, FMCG, kertas, kemasan, elektronik dan komponen otomotif, sektor dengan intensitas energi tinggi dan tuntutan efisiensi operasional berkelanjutan. Dari sisi wilayah, pemanfaatan energi surya oleh pelanggan SUN Energy paling banyak terkonsentrasi di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten, wilayah yang menjadi tulang punggung industri manufaktur nasional.
CEO SUN Energy, E. Jefferson Kuesar, menyampaikan bahwa dekarbonisasi industri kini telah menjadi kebutuhan strategis. “Sektor industri perlu bertransformasi agar tetap relevan dan berdaya saing, baik di tingkat nasional maupun global. Tekanan dari regulasi, pasar, dan rantai pasok mendorong industri untuk segera mengadopsi praktik berkelanjutan dengan mengedepankan operasional rendah emisi. Berangkat dari pengembangan energi surya, kami menghadirkan ekosistem solusi terintegrasi yang memungkinkan industri menurunkan emisi dan meningkatkan efisiensi operasional, mulai dari energi surya, sistem penyimpanan energi, hingga elektrifikasi kendaraan operasional,” ujarnya.
Pendekatan ini tercermin dalam pengembangan ekosistem bisnis SUN, yang mencakup instalasi PLTS industri dan komersial, Energy Storage System (ESS), pengelolaan sumber daya air berkelanjutan, serta elektrifikasi armada kendaraan listrik. Model ini merepresentasikan pergeseran menuju Sustainability-as-a-Service, di mana keberlanjutan dihadirkan sebagai layanan menyeluruh, terukur, dan berorientasi pada dampak bisnis.
Dampak Nyata bagi Industri Nasional
Salah satu contoh implementasi SIH dan dekarbonisasi industri adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, mitra bisnis strategis SUN Energy di sektor semen. Perusahaan ini telah mengoperasikan PLTS dengan total kapasitas lebih dari 71 MW di fasilitas produksinya di Citeureup, Cirebon, dan Tarjun, yang seluruhnya telah memperoleh sertifikasi Standar Industri Hijau sebagai bagian dari komitmen perusahaan dalam menerapkan praktik industri berkelanjutan secara menyeluruh.
Head of CCC Indonesia Competence Center Cement PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Robert Sweigart, menyampaikan bahwa energi terbarukan menjadi elemen penting dalam strategi keberlanjutan perusahaan. “Transisi menuju energi bersih merupakan bagian dari komitmen jangka panjang kami dalam meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi dampak lingkungan dalam menghadapi perubahan iklim yang kian masif," tegasnya.
"Pemanfaatan energi surya membantu kami mengelola konsumsi energi secara lebih efisien sekaligus memperkuat kesiapan perusahaan dalam memenuhi berbagai standar keberlanjutan, baik di tingkat nasional maupun global. Bersama SUN Energy, implementasi ini dimulai dari satu lokasi dan kemudian diperluas ke beberapa fasilitas produksi lainnya, seiring terbuktinya kinerja, keandalan sistem, dan dampak pengurangan emisi yang terukur,” katanya melanjutkan.
Ke depan, integrasi energi bersih dengan strategi keberlanjutan perusahaan diyakini akan semakin memperkuat efisiensi energi, menurunkan emisi secara terukur, serta meningkatkan daya saing produk industri Indonesia di pasar global.
"Melalui kolaborasi lintas sektor dan solusi terintegrasi, SUN Energy mendorong industri nasional untuk mengambil langkah proaktif menuju Standar Industri Hijau sebagai fondasi daya saing jangka panjang dan kontribusi nyata menuju Net Zero Emissions 2060," tandas Jefferson.