Growthmates, kamu pasti paham betul kalau kualitas tidur memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan. Kebiasaan tidur larut malam atau sering begadang justru bisa membawa dampak buruk bagi tubuh. Seperti mudah lelah, sulit fokus, hingga meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis seperti diabetes.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Internal Medicine menemukan bahwa orang yang suka begadang, atau orang dengan “ kronotipe malam” lebih mungkin memiliki kebiasaan gaya hidup tidak sehat dan berisiko terkena diabetes.

Mengutip dari laman Health, seorang peneliti pasca-doktoral di Brigham and Women's Hospital dan Harvard Medical School bernama Sina Kianersi mengungkap, seseorang dengan kebiasaan begadang memiliki risiko 72% lebih tinggi terkena diabetes.

“dan itu merupakan peningkatan risiko yang substansial jika kita bandingkan dengan orang yang suka bangun pagi," tutur Kianersi seperti dikutip, Kamis (19/6/2025).

Baca Juga: Suka Begadang? Ini 7 Cara Efektif agar Tetap Semangat dan Produktif Esok Hari di Kantor, Menurut Pakar

Tim peneliti juga menemukan bahwa orang yang suka begadang lebih cenderung merokok, jarang berolahraga, dan terlibat dalam perilaku gaya hidup negatif lainnya.

Kianersi menjelaskan bahwa karena penelitian ini dilakukan pada sekelompok besar perawat wanita paruh baya, mungkin ada beberapa keterbatasan dalam penerapannya. Namun, penelitian ini didasarkan pada gagasan umum bahwa preferensi tidur seseorang dapat memiliki implikasi besar bagi kesehatannya.

Di sisi lain, untuk memahami keterkaitan antara kronotipe (preferensi jam tidur seseorang) dan risiko diabetes, Kianersi bersama timnya melakukan survei terhadap lebih dari 60.000 perawat perempuan. 

Mereka diminta menyebutkan kecenderungan pola tidurnya. Sekitar 35% mengaku sebagai “morning person” atau lebih suka bangun pagi, sementara 11% menyebut dirinya sebagai “night owl” alias suka begadang.

Saat studi dimulai, seluruh peserta tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti kanker, gangguan kardiovaskular, atau diabetes. Para perawat ini lalu diminta melaporkan jika mereka didiagnosis diabetes hingga penelitian selesai pada 2017.

Untuk melengkapi data, para peneliti juga mengumpulkan informasi gaya hidup para peserta melalui kuesioner. Enam aspek yang dinilai antara lain konsumsi alkohol, indeks massa tubuh (BMI), aktivitas fisik, kebiasaan merokok, durasi tidur, serta pola makan.

Baca Juga: Jangan Begadang, Ini 5 Manfaat Tidur Cukup Bagi Kesehatan

Hasilnya, mereka yang mengaku sebagai night owl cenderung memiliki gaya hidup kurang sehat. Mereka lebih sering merokok, kurang tidur, jarang berolahraga, serta memiliki pola makan yang buruk dan BMI lebih tinggi dibandingkan morning person.

Kianersi mengungkapkan, salah satu temuan utama penelitian ini adalah bahwa perawat yang suka begadang memiliki peningkatan risiko terkena diabetes hingga 72%. Namun, setelah mempertimbangkan faktor gaya hidup tidak sehat, risiko tersebut menurun menjadi 19%. Artinya, gaya hidup berperan besar terhadap tingginya risiko diabetes pada individu dengan kronotipe malam.

Meskipun temuan ini selaras dengan penelitian sebelumnya—yang menyebut bahwa orang yang suka begadang lebih rentan terhadap diabetes dan penyakit jantung serta cenderung menggunakan alkohol dan tembakau—penelitian Kianersi menyoroti satu hal penting di mana faktor gaya hidup menjadi pembeda utama yang memperburuk risiko diabetes pada night owl.

Tips Agar tetap Sehat Meski Suka Begadang

Bagi mereka yang terbiasa begadang, solusi untuk menjaga kesehatan sebenarnya tidak harus rumit. Penelitian menunjukkan bahwa penyesuaian gaya hidup kecil saja bisa membawa dampak besar. 

Ini mencakup upaya sederhana seperti rutin berolahraga setidaknya 150 menit per minggu, mengonsumsi makanan bergizi, tidur cukup antara tujuh hingga sembilan jam setiap malam, serta mengurangi konsumsi tembakau dan alkohol. Menjaga berat badan tetap ideal juga menjadi bagian penting dari langkah pencegahan.

Selain itu, menurut Dr. Hatipoglu, mengurangi waktu menatap layar dan belajar mengelola stres juga dapat membantu meningkatkan kualitas tidur sekaligus menurunkan risiko gangguan kesehatan yang mungkin timbul akibat pola tidur yang tidak teratur.

Di luar upaya individu, Kianersi menekankan bahwa hasil penelitian ini juga menyentuh isu yang lebih luas yakni perlunya sistem kerja yang lebih fleksibel. Ia berpendapat bahwa akan lebih ideal jika jam kerja disesuaikan dengan kronotipe masing-masing orang. 

Dengan kata lain, baik mereka yang produktif di pagi hari maupun yang lebih aktif di malam hari, seharusnya bisa memiliki jadwal kerja yang lebih selaras dengan ritme biologis tubuh mereka.