Di era perkembangan teknologi yang semakin meningkat, kemunculan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, perubahan ini juga menuntut tanggung jawab etis dalam penggunaannya.

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, menegaskan bahwa etika dalam penggunaan kecerdasan buatan merupakan suatu masalah inti dan diperhatikan di semua kalangan, termasuk dalam pendidikan vokasi, pendidikan tinggi, hingga pemberdayaan perempuan.

“Sangat penting bagi kita untuk bisa memperlihatkan, menceritakan, dan meyakinkan konsekuensi konsekuensi penggunaan AI jika kita tidak menganut etika,” ujar Stella dalam Demo Day Perempuan Inovasi 2024 “Peran Perempuan di Era Digitalisasi dan AI, pada Selasa (26/11/2024).

Baca Juga: Perempuan Inovasi 2024: Mendorong Keterlibatan Peran Perempuan dalam Pengembangan Teknologi Berbasis AI

Hal ini tidak berati melarang penggunaan AI dalam berbagai aspek. Menurut Setlla, penggunaan AI harus dibarengi dengan pemahaman mengenai konsekuensi yang muncul pada pengguna yang bergantung pada AI.

Stella mengungkapkan ada beberapa konsekuensi yang ditimbulkan jika menggunakan AI tanpa mempertimbangkan etika diantaranya, yaitu ketidakmampuan dalam membedakan kualitas, sulit memproduksi suatu karya, dan sulitnya menentukan batas.

Ketidakmampuan dalam membedakan kualitas

Stella mengungkapkan bahwa menggunakan AI dalam menghasilkan tulisan atau pemikiran baru tanpa melibatkan kemampuan pribadi dapat menghilangkan sensitifitas dan nurani dalam menilai kualitas sebuah tulisan atau karya.

“Jika anda 100% mengandalkan AI tanpa menulis atau membuahkan pikiran-pikiran baru, Anda tidak akan bisa membedakan mana ide yang bagus dan mana yang tidak bagus,” ungkapnya.

Sulitnya menghasilkan suatu karya atau produk

Ketergantungan terhadap AI dapat melemahkan kemampuan penggunanya dalam memproduksi sesuatu, seperti tulisan, pemikiran-pemikiran baru, karya, ataupun produk.

“Anda tidak akan bisa memproduksi sendiri jika orang lain (dalam hal ini AI) yang mengerjakannya,” lanjutnya.

Sulitnya menentukan batas

Pengguna AI akan sulit melihat dan menentukan batas dari AI. Jika pengguna AI tidak memiliki naluri atau rasionalitas dari batas penggunaan AI, maka itu akan menjadi sangat berbahaya.

“Anda tidak akan mampu dengan jernih dan strategis untuk melihat dimana batas digital artificial intelligence itu,” tambahnya.