Ketua Umum DPN APTRI (Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia), Soemitro Samadikoen, baru-baru ini menyinggung upaya pemerintah dalam memanfaatkan tanaman tebu sebagai proses pembentukan bioetanol. Diketahui, upaya ini dilakukan sebagai bagian dari amanah Presiden Prabowo Subianto terkait pidatonya mengenai swasembada energi.
Dalam forum diskusi yang diselenggarakan oleh The Conversation Indonesia (TCID) pada tanggal 1 November 2024, Soemitro menyoroti kebijakan pemerintah dalam mengembangkan produk BBM tumbuhan atau bioetanol yang dicanangkannya akan berdampak pada stabilitas ekonomi di Indonesia. Menurutnya, upaya dari kebijakan yang dilakukannya ini hanya sebatas pembicaraan, seperti diskusi ataupun sebatas sosialisasi.
Baca Juga: Pemanfaatan Bioetanol dan Potensi Jadi Sumber Energi yang Penting untuk Dukung Bensin Hijau
“Kita ini banyak berencana, tapi lupa saat mencanangkan swasembada gula atau pun penambahan luas area saja, ujung-ujungnya itu kita sibuk memberikan diskusi dan juga sosialisasi,” ungkap Soemitro seperti dikutip Olenka, Sabtu (2/11/2024).
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa pemanfaatan dari bioetanol ini belum jelas arahnya. Pasalnya, bahan dari pembentukan bioetanol ini masih simpang siur antara pemanfaatan tebu sebagai alih fungsi lahan, ataupun jenis tanaman lainnya, seperti jagung, kelapa sawit, pohon nipah, dan sorgum manis yang digadang-gadang akan dimanfaatkan sebagai pembentukan BBM tumbuhan ini.
“Maunya fokus bioetanol pakai apa? Kalo memang pakai tebu, kita fokuskan di tebu dan semisal mau menggunakan tanaman ubi, ya kita fokuskan di ubi. Jadi, kita harus tegas awalnya dulu karena banyak komponen ini,” tegas Soemitro.
Dengan begitu, ia mengharapkan adanya kejelasan dari pemerintah atas pengembangan dari bensin hijau ini. Diketahui, peta jalan yang akan digunakan sebagai alih fungsi lahan harus diselesaikan pada akhir tahun. Sementara, sebagai perwakilan dari petani tebu, ia belum mengetahui peta yang akan dicanangkan tersebut.
“Road map nya saja itu harus selesai pada akhir tahun 2023, dan sekarang saja masih belum jelas. Karena saya sebagai petani tebu berangkatnya dari tebu ini. Jadi, kalo ditanya mengenai peta jalan saja, kita tidak tahu itu, dan malah membahas perencanaan dan sebagainya,” tambahnya
Pada akhir perbincangannya, ia mengajak seluruh pihak untuk benar-benar melihat permasalahan ini sebagai suatu keseriusan. Karena ia meyakini, apabila ini hanya sebatas rencana belaka, maka akan banyak seluruh pihak yang dirugikan. Hal ini dilihatnya sebagai kilas balik dari produksi gula yang mengalami penurunan setiap tahunnya.
“Jadi, semisal kia fokus pada tebu, mari mulai untuk meningkatkan hasil tebunya dan begitu tanaman lainnya. Karena kita sebagai petani butuh keseriusan,” ucapnya