Dari Pionir ke Transformasi Nasional

Kehadiran Brainlab Cirq melengkapi portofolio teknologi robotik di jaringan Siloam Hospitals, yang sebelumnya sudah menggunakan Da Vinci Xi untuk bedah digestif, urologi, dan obsgyn, serta CUVIS Joint untuk bedah ortopedi. Namun, bagi Prof. Julius, langkah ini lebih dari sekadar prestasi institusi.

“Kita beruntung Siloam mau berinvestasi. Tapi tujuan kami bukan menonjolkan diri, melainkan berharap teknologi ini menular. Kalau tidak ada yang pertama, tidak akan ada yang kedua atau ketiga. Jadi mari kita mulai, supaya masyarakat tidak perlu jauh-jauh berobat ke luar negeri dengan biaya berlipat,” tuturnya.

Prof. Julius juga menekankan pentingnya berbagi ilmu.

“Ilmu itu kalau kita kasih, kita nggak usah takut kehilangan. Justru semakin banyak kita kolaborasi, semakin maju semua. Itu sebabnya kami sering melakukan workshop, hingga mendampingi tim di Yogyakarta, Aceh, dan Kupang. Harapannya, teknologi dan pengetahuan ini menyebar ke seluruh Indonesia,” jelasnya.

Meski baru sebulan digunakan di Surabaya, lanjut Prof. Julius, Brainlab Cirq sudah dipakai untuk enam pasien dewasa berusia 45–60 tahun di Siloam. Dan, kata diam hasilnya dinilai memuaskan.

“Operasi berjalan aman, hasil bagus, dan bahkan waktu operasi bisa dipersingkat hingga separuhnya. Namun yang lebih penting, presisinya meningkat. Kalau sebelumnya komplikasi operasi kami kurang dari 1 persen, dengan teknologi ini bisa ditekan lebih kecil lagi,” ungkap Prof. Julius.

Selain mempercepat operasi, teknologi ini juga diharapkan mempercepat pemulihan pasien.

“Kalau operasi berjalan tanpa komplikasi, pasien bisa lebih cepat pulih. Biasanya setelah operasi otak, pasien hanya perlu semalam di ICU, lalu 2–3 hari di ruang perawatan sebelum pulang. Dengan teknologi ini, kami berharap proses recovery akan semakin optimal,” tambahnya.

Prof. Julius juga membantah anggapan bahwa teknologi robot akan menggantikan dokter. Menurutnya, inti dari penggunaan alat adalah menyatu dengan keahlian manusia.

“Robot ini hanya alat. Pengetahuan tetap harus ada. Justru ia hadir untuk melengkapi keterbatasan manusia. Sama seperti mikroskop yang dulu menjadi perpanjangan mata kami, kini robot menjadi perpanjangan presisi kami,” ujarnya.

Bagi Prof. Julius, langkah Siloam menghadirkan Brainlab Cirq ini adalah permulaan untuk menjadikan Indonesia sejajar dengan negara-negara lain dalam neurosains.

“Menurut saya, Tuhan itu baik. Kalau kita melakukan segala sesuatu dengan persiapan yang baik, hasilnya juga akan baik. Robot ini membantu kami untuk meminimalkan risiko dan memperbesar peluang pasien sembuh. Itu yang utama,” tutupnya.

Baca Juga: Siloam Hospitals Percepat Transformasi Digital dan Inovasi Berbasis AI dengan AWS Cloud