Schneider Electric™ menggelar Innovation Day for Electrician 2025 di Jakarta yang bertujuan meningkatkan kompetensi teknis instalatur listrik sekaligus mendorong adopsi standar keamanan dan keselamatan kelistrikan di sektor hunian Indonesia. Inisiatif ini menjadi bagian integral dari kampanye nasional Gerakan Listrik Aman yang diinisiasi oleh Schneider Electric yang berfokus pada edukasi dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan kelistrikan sejak dari instalasi.
Sebagai bagian dari acara, Schneider Electric menggelar pelatihan instalasi listrik hunian secara serentak di 10 kota besar/provinsi: Jakarta, Bandung, Surabaya, DI Yogyakarta, Medan, Semarang, Makassar, Bali, Pekanbaru, dan Kalimantan Timur secara daring dan luring. Pelatihan ini diikuti oleh lebih dari 7.800 peserta dari 15 asosiasi dan komunitas instalatur listrik, menjadikannya pelatihan bersertifikat terbesar di bidang instalasi listrik hunian di Indonesia dan mencetak rekor MURI dengan predikat "Pelatihan Instalatur Listrik Dengan Peserta Terbanyak".
Baca Juga: Schneider Electric Raih Peringkat Pertama dalam ABI Research Competitive Ranking 2025
Kegiatan ini juga selaras dengan agenda strategis pemerintah dalam memenuhi kebutuhan hunian layak melalui percepatan pembangunan 3 juta unit rumah. Namun, upaya ini tidak dapat dipisahkan dari pentingnya memastikan aspek keselamatan bangunan, khususnya terkait instalasi kelistrikan. Data Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Provinsi DKI Jakarta menunjukkan lebih dari 60%1 kebakaran bangunan disebabkan oleh masalah kelistrikan. Untuk mengurangi risiko ini, penting bagi masyarakat memahami penggunaan perangkat proteksi kelistrikan yang tepat seperti Gawai Proteksi Arus Sisa (GPAS) atau antisetrum—juga dikenal sebagai Residual Current Circuit Breaker (RCCB) atau Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB)—yang mampu mendeteksi dan memutus arus bocor secara otomatis guna mencegah sengatan listrik dan kebakaran.
Dalam konteks ini, instalatur listrik menjadi garda depan yang krusial untuk memastikan instalasi rumah baru mengikuti praktik terbaik dalam keselamatan kelistrikan. Salah satunya adalah penerapan GPAS sebagaimana direkomendasikan dalam Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 20202 dan Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 20213 yang menetapkan standar nasional di bidang ketenagalistrikan.
Jisman P. Hutajulu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, mengatakan, "Listrik menjadi faktor utama penyebab kebakaran di area perumahan. Ini adalah perhatian kita bersama untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam penerapan keselamatan ketenagalistrikan pada level rumah tangga. Salah satu perangkat pengamanan yang sangat penting adalah GPAS atau antisetrum yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap bahaya arus sisa dan dapat mencegah kecelakaan maupun kerusakan peralatan elektronik."
"Sebagai langkah awal, pemerintah akan terus melakukan sosialisasi secara masif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemilik instalasi akan pentingnya penerapan GPAS, dengan fokus utama pada pasar, gedung pemerintahan, dan pengembang perumahan. Kami berharap upaya ini dapat mengurangi angka kecelakaan serta kerugian materiil akibat risiko kelistrikan," tegasnya, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (27/5/2025).
Senada dengan hal tersebut, Martin Setiawan, President Director Indonesia & Timor Leste, Schneider Electric, mengatakan, :Keselamatan kelistrikan dimulai dari instalasi yang benar dan sesuai standar. Melalui pelatihan ini, kami ingin memastikan bahwa para instalatur listrik memahami secara mendalam pentingnya penggunaan perangkat proteksi kelistrikan seperti GPAS yang dapat mencegah sengatan listrik dan kebakaran. GPAS bukan hanya soal kepatuhan regulasi, melainkan menyangkut perlindungan nyawa dan aset masyarakat. Karena itu, membekali para instalatur dengan pengetahuan teknis yang tepat menjadi prioritas kami agar mereka bisa menjadi agen perubahan dalam menciptakan sistem kelistrikan hunian yang aman dan andal."
Andre Purwandono, S.S., Senior Customer Relations Manager MURI, mengatakan, "Pemecahan rekor ini bukan sekadar pencapaian kuantitatif, melainkan simbol kolaborasi lintas sektor dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui edukasi teknis dan pemanfaatan teknologi proteksi listrik. Ini adalah upaya kolektif tentang pentingnya keselamatan sebagai pilar pembangunan. Rekor yang diraih oleh Schneider Electric Indonesia ini juga merupakan yang pertama kali tercatat dalam sejarah MURI untuk kategori pelatihan instalatur listrik dengan peserta terbanyak secara serentak di berbagai kota."
GPAS atau RCCB Domae dari Schneider Electric hadir sebagai solusi proteksi kelistrikan yang ideal untuk sektor hunian seperti rumah dan apartemen. Domae tersedia dalam dua varian sensitivitas, yaitu 30 mA untuk membantu melindungi manusia dari risiko sengatan listrik, serta 300 mA yang dirancang untuk membantu mencegah potensi bahaya kebakaran akibat arus sisa.