Tak Pernah Takut, Kecuali kepada Tuhan

Dalam karier panjangnya, Retno kerap dipandang sebagai sosok yang berani. Ketika ditanya apakah ia pernah merasa takut, ia menjawab lugas.

“Agak beda tipis antara tidak punya takut dan dableg. Saya tidak tahu saya yang mana," tukasnya seraya tertawa.

Retno lantas mengisahkan latar belakangnya yang sederhana sebagai sumber kekuatan.

“Saya ini anak dari keluarga yang sangat biasa. Saya tahu apa artinya lapar, apa artinya tidak bisa membeli sesuatu. Tapi saya tidak pernah menyesali itu. Justru disitulah saya ditempa menjadi kuat,” tuturnya.

Ia mengingat pesan ibunya yang selalu melekat hingga kini.

“Jangan pernah takut sama siapa pun, kecuali sama Gusti Allah," ujar Retno.

Dan, pesan sang Ibunda itu pun menjadi pegangan ketika ia harus menghadapi negosiasi sulit atau isu-isu global yang kompleks.

Bagi Retno, keberanian dalam diplomasi bukan sekadar tentang sikap tegas, melainkan juga berpijak pada nilai kemanusiaan.

“Jadilah kita manusia yang memanusiakan manusia,” ucapnya penuh keyakinan.

“Kita harus membela kemanusiaan. Kita harus membela keadilan dimanapun berada, dalam konteks apa pun. Kalau di PBB, semua dimulai dengan we, the people. Jadi, pusat perhatian kita adalah manusia. Selama kita berjuang untuk kemanusiaan dan keadilan, kita tidak akan salah," lanjutnyam

Terakhir, Retno pun menyampaikan pesan sederhana namun penuh makna bagi generasi muda Indonesia yang sedang menapaki masa depan di tengah arus globalisasi dan digitalisasi.

“Melangkah ke masa depan, namun berpijak pada akar,” tandasnya.

Baca Juga: Pesan Retno Marsudi untuk Generasi Muda: Jangan Terjebak Budaya Instan