Sosok filantropis Indonesia Dato Sri Tahir merupakan salah satu sosok pengusaha sukses Tanah Air. Selain sukses di dunia bisnis, bos Mayapada Group itu juga mampu mencatatkan namanya sebagai salah tokoh sukses di dunia pendidikan. Dato Sri Tahir bukan sosok yang neko-neko soal pendidikan. 

Kendati terkenal sebagai salah satu sosok yang peduli dengan pendidikan, namun perjalannya menapaki dunia pendidikan tak semua berjalan mulus karena berbagai kondisi. 

Baca Juga: Satu-satunya Orang Indonesia yang Tanda Tangani Giving Pledge Bill Gates, Bukti Kesungguhan Dato Sri Tahir pada Dunia Filantropi

Lahir di tengah keluarga pas-pasan, Tahir harus rela mengubur dalam-dalam mimpinya menjadi seorang dokter. Pemuda 19 tahun yang baru saja menuntaskan pendidikannya di SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya itu tak mampu mengejar cita-citanya, niatan berbakti lewat dunia kesehatan kandas karena kondisi. 

Meski begitu nasib baik masih berpihak padanya, setahun setelahnya Tahir dikagetkan dengan beasiswa dari  sekolah bisnis di Nanyang Technological University, Singapura. 

Beasiswa itu ia dapatkan setelah sebelumnya kuliahnya di salah satu kampus lokal sempat berantakan, derap langkah Tahir di dunia pendidikan sempat terhenti di semester kedua. Kondisi sang ayah yang mulai sakit-sakitan memaksanya rehat dari kampus sebab usaha becak milik sang sang ayah mulai tak terurus.

Kuliah Sambil Berbisnis 

Di Singapura, Tahir yang baru berusia 20 tahun kembali bergairah untuk memulai pendidikannya. Kuliah yang hancur lebur  kembali ia tata dengan sungguh-sungguh.

Berbekal pengalaman mengurus usaha keluarga di kampung halaman di Surabaya, Tahir mulai mencoba peruntungan di Tanah orang. 

Sembari kuliah Tahir pelan-pelan mulai merintis bisnis pakian wanita yang ia beli di Singapura untuk dijual kembali di Surabaya, bisnis itu ternyata berjalan mulus.  

Dari sini ia juga mulai merambah ke bidang lain yakni jual beli sepeda dengan pola bisnis yang sama.Dari hasil bisnisnya ini, Tahir mampu menopang ekonominya di tanah perantauan, ia menamatkan studinya dengan hasil keringat sendiri.

Baca Juga: NasDem Ogah Buru-buru Nyatakan Dukungan Buat Anies-Sohibul di Pilgub Jakarta

Selepas dari Nanyang Technological University, Tahir mulai melebarkan bisnisnya, kali ini dia mencoba peruntungan di bisnis garmen. Bisnis ini pula yang menumbuhkan rasa percaya diri Tahir untuk menggeluti bisnis lain dan mendirikan Mayapada Group di tahun-tahun berikutnya.  

Ketika bisnis garmen mulai menggeliat dengan hasil yang menjanjikan, Tahir tetap tak mengesampingkan pendidikannya. Di usia 35 tahun dia memutuskan melanjutkan studinya. Amerika Serikat menjadi tujuannya, kali ini Tahir yang dengan kondisi ekonomi yang lebih mapan masuk ke Golden Gates University, Amerika Serikat.

Sabet Penghargaan Bergengsi dari Kampus di Dalam dan Luar Negeri 

Berangkat ke negeri Paman Sam, Tahir tetap mengemban misi awal, berkuliah sambil berbisnis. Kini dunia pendidikan dan dunia bisnis bagi Tahir adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. 

Hal ini pula yang mengantarnya merengkuh penghargaan bidang pendidikan yang diberikan langsung oleh Perdana Menteri Singapura saat itu, Lee Kuan Yew pada 2011. 

Tak hanya itu, Tahir juga memperoleh gelar Chancellor's Citation dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat.

Tahir juga mendapat gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 2016 lalu. Ia juga tercatat sebagai Majelis Wali Amanat, organ pengawas perguruan tinggi, untuk University of California, Berkeley dan Universitas Pancasila.

Baca Juga: NasDem Ogah Buru-buru Nyatakan Dukungan Buat Anies-Sohibul di Pilgub Jakarta

Dia merupakan orang Asia pertama yang menjadi anggota Wali Amanat University of California (UC) Berkeley, AS. Pada 2017, Tahir juga menjadi anggota Majelis Wali Amanat Universitas Gadjah Mada (UGM).

"Outstanding saya pikir. Saya sudah terima dari Lee Kuan Yew sendiri yang sekarang sudah meninggal. Sementara di UC Berkeley, saya dapat honored tertinggi, Chancellor's Citation, karena sebagai public school, Berkeley tidak boleh memberi doktor kehormatan. Di Amerika, hanya private school yang boleh memberi gelar doktor kehormatan," kata Tahir dalam sebuah kesempatan dilansir Olenka.id