3. Peningkatan Fokus Pada Integritas Produk dan Keamanan Rantai Pasokan

Pada tahun 2025, organisasi akan diminta untuk makin fokus pada integritas produk dan ketahanan rantai pasokan. Secara khusus, mereka akan melakukan asesmen risiko yang lebih menyeluruh, mempertimbangkan akuntabilitas serta implikasi hukum dari berhentinya layanan bisnis, dan meninjau kembali rencana asuransi. Di lingkungan cloud, di mana kompleksitas dan skala mengikuti risiko, visibilitas real-time adalah sebuah keharusan sehingga akan ada fokus yang lebih besar pada monitoring yang komprehensif dengan pelacakan metrik kinerja infrastruktur dan aplikasi yang terus-menerus.

Baca Juga: Menakar Keamanan Siber di Indonesia, Sudahkah Mumpuni?

4. Infrastruktur Siber Berpusat pada Satu Platform Keamanan Data Terpadu

Pada tahun 2025, banyak organisasi diperkirakan akan mengatasi peningkatan kompleksitas dengan mengurangi jumlah tools keamanan siber dan beralih ke satu platform terpadu yang menawarkan peningkatan visibilitas dan kontrol.

Tren ini akan makin dipercepat dengan kurangnya talenta siber. Platform terpadu dinilai dapat memberikan visibilitas dan konteks secara menyeluruh yang mencakup repositori kode, beban kerja cloud, jaringan, dan SOC. Pada akhirnya, hal ini akan menciptakan struktur keamanan yang komprehensif dengan dasbor yang lebih sedikit. Konvergensi semua lapisan keamanan ke dalam platform terpadu akan mengoptimalkan sumber daya, meningkatkan efisiensi secara keseluruhan, dan memungkinkan organisasi membangun pertahanan yang lebih tangguh dan adaptif terhadap ancaman yang terus berkembang.

5. Di Balik Hype Keamanan Quantum: Apa yang Mungkin Terjadi pada Tahun 2025?

Proyek komputasi kuantum menyebar ke lintas wilayah dengan pemerintah dan perusahaan modal ventura berinvestasi besar-besaran dalam inisiatif lokal. Meskipun serangan kuantum terhadap metode enkripsi yang digunakan secara luas belum dapat dilakukan, para pelaku ancaman yang didukung oleh negara diperkirakan akan mengintensifkan taktik harvest now, decrypt later, menargetkan data yang sangat rahasia dengan tujuan untuk membukanya ketika teknologi kuantum berkembang.

Hal ini menimbulkan risiko bagi pemerintah dan bisnis dengan potensi membahayakan komunikasi sipil dan militer, merusak infrastruktur inti dan mengalahkan protokol keamanan pada sebagian besar transaksi keuangan berbasis internet.

Untuk menangkal ancaman ini secara efektif, organisasi perlu bertindak dan mengadopsi pertahanan quantum-resistant, yang mencakup quantum-resistant tunnelling, library data kripto yang komprehensif, dan teknologi lain dengan kelincahan kripto yang meningkat. National Institute of Standards and Technology (NIST) baru-baru ini merilis standar akhir untuk kriptografi pasca-kuantum. Bertransisi ke algoritme ini akan membantu mengamankan data dari ancaman kuantum di masa depan.

Organisasi yang memerlukan tingkat keamanan tinggi harus mengeksplorasi distribusi kunci kuantum (QKD) sebagai cara untuk memastikan komunikasi yang aman. Mengingat komputasi kuantum terus menjadi makin nyata dan potensi ancaman membayangi, penting untuk mengadopsi langkah-langkah ini dalam mengimbangi lanskap siber yang berkembang pesat, mencegah pencurian data, dan memastikan integritas sistem inti.

Saat ini, para CIO dapat menyanggah segala hype seputar topik ini ke dewan. Meskipun telah terjadi kemajuan yang signifikan dalam quantum annealing, enkripsi tingkat militer masih belum bisa terpecahkan.