Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengeklaim program screening gratis yang dibesut Presiden Prabowo Subianto menjadi salah satu gebrakan terbesar dalam sejarah bangsa Indonesia.
Menurutnya, screening gratis menjadi program terbesar lantaran menyasar sekitar 280 juta masyarakat Indonesia. Jumlah penerima manfaat ini jauh lebih banyak dari program mana pun seperti program beasiswa atau program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Baca Juga: Prabowo: Kita Harus Berani Membangun Pemerintahan yang Bebas dari Penyelewengan dan Korupsi
“Karena program ini menyentuh 280 juta rakyat Indonesia, Pendidikan ya paling berapa puluh juta, stunting 25 juta, Program apa mungkin makan gratis 80 juta gitu ya, tapi program yang menyentuh 280 juta sejak bayi baru lahir sampai wafat itu gak banyak program screening gratis ini,” kata Budi Sadikin dilansir Olenka.id Kamis (6/2/2025).
Menurut Budi Sadikin, screening kesehatan merupakan salah satu program yang amat penting, dengan program ini masyarakat bisa mengetahui lebih dini mengenai kondisi kesehatan sehingga bisa melakukan langkah mitigasi.
“Nggak ada yang mau kan sebagus-bagusnya rumah sakit mendingan di rumah kita walaupun jelek kan, Gimana jaga supaya sehat? Mesti rajin screening supaya ketahuan duluan,” ujarnnya.
Budi Sadikin melanjutkan, saat ini masih banyak masyarakat belum menyadari pentingnya melakukan screening kesehatan. Jangankan melakukan pengecekan kesehatan secara keseluruhan, untuk melakukan pengecekan tekanan darah dan gula darah saja masih banyak masyarakat yang abai.
“Yang kita mau sentuh adalah 200 juta sisanya yang diukur tekanan darahnya aja belum pernah 200 juta itu gak pernah diukur tekanan darah diukur gula darah itu mungkin 220 juta gak pernah diukur gula darah,” ucapnya.
Dengan contoh kasus di atas, Budi Sadikin menyebut untuk screeaning penyakit-penyakit berat seperti kangker, screaaning jiwa dan sejenisnya sudah hampir dipastikan banyak yang tak melakukan pengecekan.
“Prevalensi screening jiwa sebelumnya gak pernah diukur Itu 30 persenan sekarang, tinggi sekali loh 30 persen dari 200 juta jiwa,” ujarnya.
Budi menyebut untuk menyukseskan program ini pemerintah telah bekerja sama dengan sejumlah rumah sakit dan klinik swasta dan pemerintah yang jumlahnya sudah mencapai puluhan ribu fasilitas kesehatan. Meski begitu dia menyebut fasilitas kesehatan disiapkan masih kurang lantaran penerima manfaat dari program ini sangat banyak.
Untuk mengakali keterbatasan fasilitas itu, pemerintah kata Budi sudah membagi proses secreaaning menjadi beberapa kelompol misalnya untuk kelompok masyarakat yang sedang berulang tahun.
Baca Juga: Ini Bukti Prabowo Masih Berpihak pada Masyarakat...
“Khusus untuk anak-anak sekolah Itu tidak dilakukan hari ulang tahun Anak sekolah dilakukan pada saat mereka masuk sekolah dan dilakukan di sekolah. Kenapa apa dibagi gitu? Balik lagi karena logistical issue Kalau kita 280 juta dijeblosin ke klinik sama puskesmas nggak bakal cukup Tenaganya,” tuntasnya.