Potensi ekspor kelapa sawit Indonesia ke Cina dinilai masih besar. Meskipun terjadi kecenderungan penurunan populasi penduduk di Cina, potensi itu dinilai masih kuat.
Pasalnya, minyak sawit menjadi salah satu minyak nabati yang memiliki pangsa pasar internasional. Hal ini membuat Indonesia tampil sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia melalui kegiatan ekspor yang seiring waktu semakin tinggi nilainya. Kebutuhan akan minyak sawit ternyata juga dibutuhkan oleh tiga negara besar dunia, yakni Cina, Uni Eropa, dan Amerika Serikat.
Di Cina, minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi adalah minyak kedelai. Setelah itu, produk minyak nabati lain yang juga banyak dikonsumsi Cina secara berturut-turut adalah minyak rapeseed, minyak sawit, dan minyak bunga matahari. Sayangnya, tidak semua kebutuhan minyak nabati tersebut dapat dicukupi dengan produksi dalam negeri. Sehingga, Cina masih melakukan impor minyak nabati, terutama terhadap minyak sawit.
Baca Juga: Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia, Mulanya Hanya Empat Biji Kini Jadi Tonggak Ekonomi
Soft Commodity Analyst Bloomberg Alvin Tai mengatakan, penurunan populasi di Negeri Tirai Bambu akan menyebabkan permintaan minyak goreng menurun, namun dampaknya tidak akan langsung terjadi.
"Penurunan kebutuhan tersebut tidak mungkin terjadi secara langsung. Artinya, masih ada kemungkinan permintaan sawit yang tinggi untuk beberapa tahun ke depan," ujar Alvin dalam Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023 and 2024 Price Outlook di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali.
Ia juga memprediksi bahwa pasar Cina akan mengalami penurunan kebutuhan sawit dalam dua tahun ke depan. Kendati demikian, tetap ada peluang bagi Indonesia untuk menjual sawit ke sana sebelum permintaan benar-benar turun.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, ekspor produk minyak sawit baik Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) turun 2,38% dari 33,15 juta ton di tahun 2022 menjadi 32,21 juta ton di tahun 2023.
Dalam catatan Gapki, Cina merupakan negara tujuan ekspor terbesar Indonesia untuk produk minyak sawit di tahun 2023. Permintaan minyak sawit dari Cina tahun ini tembus 7,7 juta ton.
"Cina importir terbesar minyak sawit Indonesia saat ini. Kita berharap bisa bertahan di angka 7,7 juta ton dan syukur-syukur bisa ke angka di tahun 2019 (8 juta ton)," ucap Ketua umum Gapki, Eddy Martono.
Namun, data yang berbeda ditampilkan oleh databoks Katadata seperti yang dikutip redaksi Olenka pada Selasa (26/03/2024), volume ekspor minyak kelapa sawit nasional pada 2023 mencapai 27,49 juta ton, dengan nilai US$23,97 miliar.
Sepanjang 2023 India menjadi negara tujuan utama ekspor minyak kelapa sawit Indonesia, dengan volume 5,4 juta ton atau 19,65% dari total ekspor nasional. Nilai ekspornya mencapai US$4,51 miliar. Negara berikutnya adalah Cina dengan volume 4,81 juta ton (nilai US$4,1 miliar). Kemudian, ekspor ke Pakistan 2,5 juta ton (nilai US$2,17 miliar), dan Amerika Serikat 1,97 juta ton (nilai US$1,74 miliar).
Baca Juga: Ini Pentingnya Literasi Kelapa Sawit untuk Kehidupan Sehari-hari
Selanjutnya ada Bangladesh dengan volume ekspor 1,36 juta ton (nilai US$1,16 miliar), Mesir 962,6 ribu ton (nilai US$826,5 juta), dan Spanyol 654,5 ribu ton (nilai US$587 juta).
Adapula ekspor ke Italia 401,3 ribu ton (nilai US$369,4 juta), Belanda 373,3 ribu ton (nilai US$343,6 juta), dan Singapura 22 ribu ton (nilai US$20,8 juta). Selain 10 negara di atas, Indonesia juga mengekspor minyak kelapa sawit ke negara-negara lainnya dengan volume gabungan 9,01 juta ton (nilai US$8,12 miliar).