Penelitian baru dari Accenture menemukan bahwa kecerdasan buatan (AI) generatif berpotensi menghasilkan nilai ekonomi tambahan sebesar USD4,5 triliun di Asia Pasifik, setara dengan peningkatan PDB tahunan sebesar 0,7 persen, selama 15 tahun ke depan dengan mengadopsi teknologi tersebut secara bertanggung jawab, dalam skala besar, serta berfokus pada aspek manusia. Potensi peningkatan nilai ekonomi ini bahkan bisa mencapai dua kali lipat apabila teknologi Gen AI diadopsi secara agresif, berdasarkan perhitungan tanpa investasi yang tepat pada sumber daya manusia dan sistem operasionalnya.
Penelitian ini menggabungkan model ekonomi yang dilakukan terhadap empat negara dengan perekonomian terbesar di Asia Pasifik, termasuk Australia, Tiongkok, India, dan Jepang. Accenture juga melakukan survei terhadap CxO di negara-negara tersebut dan Singapura.
Baca Juga: Dukung Misi Besar Indonesia Emas 2045, Kadin Indonesia Siapkan Usulan Whitepaper Kebijakan Ekonomi
Temuan utama survei ini meliputi:
- Komposisi pekerjaan yang menyita sebanyak 33% waktu dari karyawan di Asia Pasifik akan digantikan oleh AI generatif untuk kemudian dioptimalkan sehingga dapat menghasilkan peningkatan produktivitas. Jam kerja di Australia dan Jepang akan terkena dampak paling besar, masing-masing sebesar 45% dan 44%, diikuti oleh Tiongkok (33%) dan India (31%);
- 96% pemimpin bisnis dan perusahaan di Asia Pasifik mengakui dampak signifikan dari AI generatif, dan 91% pekerja di Asia Pasifik menunjukkan minat mereka untuk memperoleh keterampilan baru agar dapat bekerja dengan AI generatif, tetapi hanya 4% pemimpin bisnis yang telah mengadakan pelatihan AI generatif dalam skala besar. Selain itu, 89% perusahaan di Asia Pasifik berencana meningkatkan pengeluaran mereka untuk investasi teknologi AI generatif pada tahun ini, namun hanya 35% yang memprioritaskan investasi pada pengembangan tenaga kerja mereka;
- Industri yang paling terdampak adalah pasar modal di mana AI generatif akan menggantikan keterlibatan manusia sampai dengan hampir 71% jam kerja serta Perangkat Lunak dan Platform di mana 66% jam kerja akan diotomatisasi atau dioptimalkan. Diikuti oleh Perbankan (64%), Asuransi (62%) dan Ritel (49%).
"AI generatif telah mempercepat laju data dan proses revolusi bisnis yang berbasis AI. Namun, untuk memanfaatkan potensi tersebut sepenuhnya, para pemimpin perusahaan perlu melihat AI lebih dari sekadar alat untuk mendesain ulang proses dan mendorong efisiensi biaya. AI generatif perlu dilihat sebagai peluang untuk menciptakan nilai tambah bagi bisnis, individu, dan masyarakat," ujar Leo Framil, CEO Growth Markets di Accenture, dikutip Selasa (11/6/2024).
Dia menekankan, "Kawasan Asia Pasifik sebagai mesin pertumbuhan ekonomi global; selain itu rumah bagi lebih dari 50% populasi dunia, dan kontributor utama dalam ekosistem inovasi teknologi global, memiliki peluang untuk memperlihatkan cara pengadopsian AI human-centric dan bertanggung jawab. Hal ini dapat mendorong produktivitas dan pertumbuhan berkelanjutan."
Sementara itu, Vivek Luthra, Data and AI Lead, Accenture Growth Markets, menjelaskan bahwa penerapan AI generatif dalam skala besar dapat mengubah hampir seluruh fungsi di berbagai industri. Kunci untuk memperoleh manfaat AI terletak pada keterampilan. Menurutnya, agar bisnis dapat memaksimalkan manfaat AI generatif dan meningkatkan pertumbuhan, para pemimpin bisnis perlu membuat strategi jangka panjang yang berpusat pada aspek manusia.
"Misalnya, para pemimpin bisnis perlu memadukan investasi AI generatif dengan pelatihan dan pengembangan tenaga kerja. Perusahaan juga perlu berinvestasi dalam mentransformasi pekerjaan, alur kerja, dan tenaga kerja mereka sehingga perusahaan dapat membentuk kembali dan melakukan penyesuaian diri agar dapat lebih bersaing di era AI," tambah Vivek Luthra.