Dato Sri Tahir menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia. Melansir data Forbes, per Juni 2024, total kekayaan Dato Sri Tahir berkisar US$5,1 miliar. Nilai tersebut setara engan Rp83,93 triliun.

Kesuksesan Tahir tak lepas dari konglomerasi bisnis miliknya di Bawah naungan Mayapada Group. Sejak dirintis pada tahun 1986, Mayapada Group terus berkembang dan berekspansi ke sejumlah bidang, mulai dari perbankan, Kesehatan, hingga properti.

Dari berbagai perusahaan milik Dato Sri Tahir, empat di antara merupakan perusahaan terbuka yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Secara historis, perusahaan Dato Sri Tahir pertama kali listing di BEI pada tahun 1997, dimotori oleh PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA).

Berikut adalah daftar emiten milik Dato Sri Tahir di BEI.

1. Bank Mayapada

Emiten pertama milik Dato Sri Tahir yang terdaftar di bursa, yakni PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA). Bank Mayapada melakukan initial public offering (IPO) pada 29 Agustus 1997. Harga IPO yang ditawarkan Ketika itu sebesar Rp800 per saham.

Melansir data RTI per Senin, 29 Juli 2024, Dato Sri Tahir menguasai hingga 19,34% saham Bank Mayapada. Jumlah tersebut menjadi pemegang saham terbesar kedua setelah Mayapada Karunia Corporation dengan kepemilikan sebesar 24,16%.

Bank Mayapada menjadi salah satu nyawa utama bagi Mayapada Group. Beroperasi secara komersial pada tahun 1990, kinerja Bank Mayapada terbilang positif.

Sampai dengan kuartal pertama tahun 2024, pendapatan bunga bersih Bank Mayapada tumbuh 31,63% yoy menjadi Rp508,72 miliar. Pada periode yang sama, laba bersih Bank Mayapada tercatat senilai Rp5,5 miliar.

2. Mayapada Hospital

Portofolio emiten milik Dato Sri Tahir berikutnya datang dari sektor rumah sakit, yakni Mayapada Hospital. Emiten tersebut tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan nama PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ).

Mayapada Hospital menjadi perusahaan go public sejak 11 April 2011 silam. Setiap lembar saham Mayapada Hospital diperdagangkan seharga Rp120 saat IPO. Adapun saat ini, saham SRAJ berkisar Rp2.280 per lembar.

Melansir RTI, kepemilikan mayoritas saham SRAJ dimiliki oleh PT Surya Cipta Inti Cemerlang (P) sebanyak 59,99%. Sementara itu, kepemilikan saham SRAJ oleh Dato Sri Tahir secara langsung mencapai 0,02%. 

Sepanjang kuartal pertama tahun 2024, SRAJ membukukan kenaikan pendapatan sebesar 27,4% yoy menjadi Rp746,1 miliar. Dengan capaian pendapatan tersebut, SRAJ mengantongi laba bersih sebesar Rp4,74 miliar per Maret 2024. 

3. Maha Properti Indonesia

Dato Sri Tahir juga memiliki emiten dari sektor properti, yakni PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO). Saham MPRO melantai di BEI sejak 9 Oktober 2018 silam dengan harga IPO sebesar Rp110 per saham.

Kepemilikan Dato Sri Tahir secara langsung dalam saham MPRO terbilang besar, yakni mencapai 21,25%. Jumlah tersebut menjadi yang kedua terbesar setelah Jonathan Tahir yang menguasai hingga 34,22% saham MPRO.

Tak seperti dua emiten sebelumnya, kinerja emiten MPRO masih belum mencapai positif. Hal tersebut tercermin dari kinerja Maha Properti Indonesia per 31 Maret 2024 yang merugi Rp10,35 miliar. Sementara itu, pendapatan MPRO naik tipis menjadi Rp867,96 juta pada kuartal pertama 2024.

4. Sona Topas Tourism

Salah satu emiten legendaris milik Dato Sri Tahir yang tercatat di Bursa Efek Indonesia ialah PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SONA). Seperti namanya, SONA merupakan emiten yang bergerak di industri pariwisata.

SONA melantai di BEI pada 21 Juli 1992. Dato Sri Tahir menjadi pemegang saham ketiga teratas dengan porsi 15,70%. Sementara itu, pemegang saham mayoritas SONA ialah DFS Venture Singapore Ptd. Ltd.

Sona Topas membukukan rugi bersih pada Kuartal 1 2024 sebesar Rp3,7 miliar. Kerugian tersebut meningkat bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023 sebesar Rp2,9 miliar.