Marah menjadi sifat alami yang dimiliki oleh setiap manusia, begitu seorang pemimpin perusahaan. Marah sewaktu-waktu mungkin perlu dilakukan, terutama ketika ada tindakan karyawan yang merugikan perusahaan. Namun, bagaimana pemimpin mengekspresikan kemarahan dapat berdampak besar pada dinamika tim dan perusahaan.

Marah dengan cara yang bijak dapat membantu mengarahkan karyawan pada perubahan positif, tanpa merusak hubungan atau bahkan demotivasi. Sebaliknya, jika ada pemimpin yang mudah memarahi karyawan –karena hal kecil sekalipun– ini dapat merugikan dua belah pihak.

Sebagaimana yang diungkap oleh Komisaris PT Metropolitan Land Tbk., Nanda Widya. Dua pihak yang dirugikan menurut Nanda tak lain adalah karyawan dan diri pemimpin itu sendiri.

“Kalau kita marah, dua yang dirugikan. Satu karyawan dirugikan, dia akan malamnya nggak bisa tidur. Takut besok dipecat. Atau diturunkan gajinya. Jadi si karyawan sendiri itu akan sedih. Sebetulnya mereka akan sedih dan kecewa,” ujar Nanda Widya seperti Olenka kutip, Rabu (23/10/2024).

Baca Juga: Dari Nanda Widya untuk Para Pemimpin: Jangan Gampang Marah!

Jika karyawan akan merasa sedih dan kecewa ketika dimarahi, pemimpin yang memarahi karyawan juga akan merugi yang berdampak pada wajahnya. Di mana, akan ada banyak otot wajah yang terpakai ketika marah. 

Ekspresi marah ini dapat mempengaruhi elastisitas kulit, terutama jika kemarahan terjadi berulang kali. Akibatnya, muncul kerutan lebih cepat alias semakin terlihat cepat tua. 

“Yang kedua, yang marahin. Itu sebetulnya juga rugi. Pada saat Anda cemberut, Anda capek marah, di muka Anda itu sebenarnya capek. Karena otot yang dipakai untuk marah, itu jauh lebih banyak daripada otot yang dipakai walau Anda tersenyum,” tutur Nanda.

“Kalau Anda tersenyum, otot yang dipakai itu sedikit sekali. Tapi pada saat Anda marah, jantung Anda berdebar-debar, dan muka Anda makin cepat tua,” tambahnya.

Baca Juga: Bicara Tantangan Menjadi Pemimpin, Nanda Wijaya : yang Paling Penting dan Susah adalah Memimpin Diri Sendiri

Sebab itu Nanda berpesan, alih-alih marah ketika melihat karyawan melakukan kesalahan, lebih baik dinasihati dan memberikan arahan yang baik untuk mencari jalan keluar. Sebagai pemimpin, juga harus menjadi contoh yang baik kepada karyawan. 

“Jadi sebetulnya apa perlu kita marah? Karena sebetulnya nasihat saja cukup. Dan justru kita harus memberikan contoh-contoh kepada bawahan kita atau staff kita, bagaimana menjalankan ini dengan baik, tanpa marah-marah,” tukas Nanda.