Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim kemarau akan dimulai pada Mei dan mencapai puncaknya pada Juni hingga Agustus 2025. Hal ini tentu perlu diantisipasi karena ada beberapa risiko yang bisa terjadi.

Saat musim kemarau tiba, BMKG mengingatkan beberapa risiko utama yang dapat mengancam, antara lain:

  • Kebakaran: Cuaca panas dan kering membuat hutan dan lahan lebih mudah terbakar disertai hembusan angin yang mempercepat penyebaran api.
  • Kekeringan: Minimnya curah hujan juga mengakibatkan pasokan air berkurang, sumur mengering, dan distribusi air bersih berpotensi terganggu.
  • Gangguan Pernapasan: Udara kering ditambah dengan debu dan asap kebakaran bisa memicu asma, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), atau alergi.
  • Lantas, bagaimana cara mengurangi risiko tersebut di musim kemarau?

Untuk mencegah kebakaran, hindarilah membakar sampah di ruang terbuka dan jauhkan benda-benda mudah terbakar dari kompor atau sumber api lainnya. Pastikan bahwa lingkungan sekitar bersih dan bebas dari sampah yang mudah terbakar seperti daun kering dan kertas, dan benda-benda pemicu kebakaran seperti pecahan kaca dan puntung rokok dibuang pada tempatnya. Selain itu, pastikan juga bahwa instalasi listrik di rumah dalam kondisi aman dan selalu matikan lilin atau rokok sebelum meninggalkannya tanpa pengawasan.

Sementara itu, untuk mengantisipasi kekeringan yang menyebabkan kekurangan air, kita bisa menggunakan tandon untuk menyimpan cadangan air serta membiasakan untuk menghematnya dalam aktivitas sehari-hari. Lakukan juga pengecekan rutin terhadap kebocoran di pipa maupun keran.

Untuk menjaga kesehatan pernapasan dan juga kulit, gunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, terutama saat cuaca berdebu atau panas menyengat. Lindungi diri dari paparan sinar matahari langsung dengan menggunakan topi dan tabir surya dan jangan lupa untuk minum air putih yang cukup dan konsumsi makanan kaya vitamin C untuk menjaga daya tahan tubuh tetap optimal.